Bukan hanya itu, masyarakat Sunda juga percaya bahwa Leuweung Sancang menjadi tempat untuk Prabu Siliwangi melakukan moksa. Namun meski telah terlepas dari tugas duniawi dan kembali sang pencipta, dipercaya jika di dalam hutan ini bersemayam sosok Karuhunan Sunda Prabu Siliwangi.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, di dalam Hutan Sancang juga terdapat harimau jadi-jadian atau Maung Kajajaden yang disebut Maung Sancang. Dipercaya, harimau-harimau ini merupakan jelmaan prajurit Pajajaran pengikut Prabu Siliwangi di zaman dahulu.
Kisah Leuweung Sancang Garut juga menjadi legenda setelah sang prabu melakukan moksa. Maka para prajuritnya memilih untuk menjelma menjadi harimau untuk menghuni hutan tropis ini.
Karena merupakan penjaga hutan, Maung Sancang tidak akan muncul dengan sembarangan. Harimau jadi-jadian ini akan muncul apabila dipanggil oleh orang-orang yang berilmu kanuragan tinggi maupun saat sang Prabu Siliwangi hadir.
Selain menjadi harimau, para prajurit Prabu Siliwangi yang lain dipercaya menjelma menjadi kayu kaboa. Kayu Kaboa Sancang merupakan tumbuhan yang hanya tumbuh di kawasan pantai Leuweung Sancang. Pohon ini memiliki keunikan dimana besarnya tidak bisa melebihi ukuran betis manusia kendati umurnya yang telah tua.
Karena kepercayaan ini, kayu kaboa kerap kali digunakan sebagai jimat pelancar bisnis dan juga pelindung. Orang yang mempercayainya meyakini jika di setiap ruas kayunya terdapat harimau gaib. Barangsiapa yang menyimpan dan merawat kayu ini dengan baik, maka harimau tersebut akan selalu mendampingi dan menjaganya.
Meski demikian, kisah mistis yang menghiasi Leuweung Sancang masih sebatas misteri. Belum ada bukti asli yang menjelaskan keaslian kisah hutan tropis di Garut ini.
(Rina Anggraeni)