"Sekali perbaikan bisa menghabiskan sekitar Rp50 juta, sedangkan biaya listrik per bulan mencapai Rp20 juta atau sekitar Rp750.000 per hari. Dengan operasional dari pagi hingga pukul 16.00 WIB. Ini tidak sebanding dengan retribusi yang diperoleh pasar hanya mencapai sekitar Rp800 juta per tahun," terangnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, travelator di Pasar Tumenggungan seharusnya menjadi daya tarik bagi pengunjung. Namun karena tidak berfungsi sehingga menyebabkan menururnya pengunjung pasar.
"Travelator ini sebenarnya kan untuk memudahkan pengunjung untuk naik ke lantai atas tanpa merasa capek. Namun, sejak tidak berfungsi, banyak pengunjung yang enggan naik ke lantai dua, mengakibatkan penurunan jumlah pembeli dan beberapa kios tutup," jelasnya.