MALANG - Gayatri memang tak pernah berkuasa di Kerajaan Majapahit. Sosoknya merupakan anak terakhir dari Kertanagara Raja Singasari terakhir yang dinikahi oleh Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Namun, Gayatri dikisahkan mengantarkan Majapahit ke masa kejayaannya tanpa berkuasa. Lalu bagaimana bisa hal itu terjadi?
Dikisahkan Gayatri membimbing sang anak Tribhuwana Tunggadewi dan Gajah Mada Sang Mahapatih Majapahit, sekaligus menyiapkan suksesor kepemimpinan pada cucu Gayatri bernama Hayam Wuruk. Di masa Hayam Wuruk itulah konon pemerintahan Majapahit menunjukkan kedigdayaan dan kejayaannya.
Sayang belum sampai Gayatri melihat Hayam Wuruk bertahta ia sudah meninggal duluan. Maka Tribhuwana pun lantas mulai merasa tak berhak lagi menjadi penguasa. Dikutip dari buku "Sandyakala di Timur Jawa (1042 - 1527 M) : Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit" dari Prasetya Ramadhan, Tribhuwana pun lantas memutuskan menyerahkan tahta kekuasannya.
Padahal, di satu sisi Majapahit tengah merintis pamor sebagai kerajaan yang digdaya. Gayatri disebut menjadi bagian penting dari kehidupan politik Majapahit selama Tribhuwana Tunggadewi bertahta pada 1328 - 1350. Sosoknya tak hanya cantik secara parasnya tapi juga cantik dari sisi intelektual dan kemampuan.
Bahkan, Mpu Prapanca salah seorang pujangga yang hidup di masa Kerajaan Majapahit mendeskripsikan Gayatri merupakan sosok perempuan yang spesial. Di masa Hayam Wuruk bertahta Gayatri tak hanya dianggap sebagai seorang nenek raja biasa.
Gayatri yang dijuluki Rajapatni juga kecakapan dari sisi memutuskan kebijakan pemerintahan. Hal ini membuat Gayatri juga menjadi penasihat utama dalam pemerintahan Raja Tribhuwana, atau saat anaknya bertahta.