LONDON - Pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Minggu (4/8/2024) bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan untuk membentuk komite ahli untuk memberikan saran tentang apakah wabah cacar monyet atau mpox yang sedang berkembang di Afrika harus dinyatakan sebagai keadaan darurat internasional. Seperti diketahui, sejak September lalu, kasus telah melonjak di Republik Demokratik Kongo karena jenis virus yang baru-baru ini terdeteksi di negara-negara Afrika di dekatnya.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan badan kesehatan PBB, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, pemerintah daerah, dan mitra meningkatkan respons mereka terhadap wabah tersebut.
"Namun, diperlukan lebih banyak pendanaan dan dukungan untuk respons yang komprehensif," kata Tedros di platform media sosial X.
"Saya sedang mempertimbangkan untuk membentuk komite darurat Peraturan Kesehatan Internasional guna memberikan saran kepada saya tentang apakah wabah mpox harus dinyatakan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC),” lanjutnya.
PHEIC adalah peringatan tertinggi yang dapat dibunyikan WHO. Tedros, sebagai direktur jenderal WHO, dapat menyatakan keadaan darurat tersebut atas saran dari komite ahli di bidang tersebut.
"Virus ini dapat dan harus ditanggulangi dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang intensif termasuk pengawasan, keterlibatan masyarakat, pengobatan, dan penyebaran vaksin yang ditargetkan bagi mereka yang berisiko tinggi terinfeksi,” ungopa Tedros dalam pernyataan kepada jurnal Science.
Dahulu dikenal sebagai cacar monyet, mpox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia oleh hewan yang terinfeksi yang juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak fisik yang dekat.
Pertama kali ditemukan pada manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Penyakit ini menyebabkan demam, nyeri otot, dan lesi kulit seperti bisul yang besar.
Ada dua subtipe virus: Clade I yang lebih ganas dan mematikan, endemik di Cekungan Kongo di Afrika tengah; dan Clade II, endemik di Afrika Barat.
Pada bulan Mei 2022, infeksi mpox melonjak di seluruh dunia, sebagian besar menyerang pria gay dan biseksual, karena subklade Clade IIb.
Wabah tersebut menyebabkan WHO mengumumkan PHEIC, yang berlangsung dari Juli 2022 hingga Mei 2023. Wabah tersebut kini sebagian besar telah mereda.
Sejak September 2023, jenis mpox yang berbeda, subklade Clade Ib, telah melonjak di Kongo.
Pada 11 Juli, Tedros mengatakan lebih dari 11.000 kasus dan 445 kematian telah dilaporkan di Kongo tahun ini, dengan anak-anak sebagai kelompok yang paling terdampak.
(Susi Susanti)