Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kenduri Swarnabhumi Angkat Kembali Tradisi yang Terancam Punah di Jambi

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Selasa, 06 Agustus 2024 |02:08 WIB
Kenduri Swarnabhumi Angkat Kembali Tradisi yang Terancam Punah di Jambi
Kenduri Swarnabhumi menampilkan berbagai tradisi masyarakat Jambi. (Foto: Ist/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Kenduri Swarnabhumi kembali digelar untuk ketiga kalinya mulai Agustus hingga November 2024. Acara ini bertujuan mengangkat kembali budaya dan tradisi yang terandam punah di lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari Jambi.

Acara yang digelar Kemendikbudristek itu juga bertujuan membangkitkan kesadaran masyarakat lokal untuk menjaga warisan nenek moyang bagi generasi mendatang.

Selama Kenduri Swarnabhumi 2024, Kemendikbudristek menggandeng sepuluh pemerintah daerah di Jambi, yakni Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sungai Penuh, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Merangin, Kota Jambi, serta Kabupaten Dharmasraya di Sumatera Barat.

Hingga saat ini, tiga dari dua belas kegiatan festival daerah sebagai bagian Kenduri Swarnabhumi telah sukses diselenggarakan, yaitu Festival Suku Batin IX di Kabupaten Batanghari, Festival Biduk Gedang Selang Beangkut di Kabupaten Merangin, dan Festival Keris Siginjai di Kota Jambi.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menuturkan bahwa Kenduri Swarnabhumi adalah sarana untuk menyadarkan kembali masyarakat luas tentang perjalanan peradaban Jambi yang maju.

“Beberapa kearifan lokal yang masih digunakan saat ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga warisan budaya tersebut. Gelaran Kenduri Swarnabhumi menyatukan berbagai jaringan pelaku budaya dan komunitas lingkungan di Jambi untuk bersama-sama memajukan potensi kebudayaan yang selaras dengan pelestarian lingkungan,” ungkap Mahendra, dikutip Selasa (6/8/2024).

Mahendra menambahkan, ketiga festival yang telah dilaksanakan memperlihatkan tradisi budaya khas masyarakat DAS Batanghari yang masih dijaga hingga sekarang sebagai kearifan lokal.

Festival Suku Batin IX, yang berlangsung pada 20 s.d. 22 Juli di Kabupaten Batanghari mengingatkan asal usul keturunan Suku Batin IX, salah satu suku asli di Jambi yang termasuk peradabannya serta menonjolkan kuliner otentik dan peran perempuan dalam kebudayaan mereka.

“Selama festival berlangsung, diadakan juga serangkaian acara seperti lomba masak tradisional brengkes ikan, Ritual Muwon Namo, pertunjukan kesenian yang mengangkat cerita kebudayaan setempat, dan pameran kerajinan tangan. Ritual Muwon Namo merupakan tradisi memanggil hujan sebelum panen, dipentaskan untuk edukasi generasi muda mengenai warisan budaya yang memiliki nilai-nilai luhur,” ucap Mahendra

Sementara Festival Biduk Gedang Selang Beangkut, yang berlangsung pada 27 Juli di Kabupaten Merangin, merupakan gabungan dari perayaan seni, budaya dan pelestarian lingkungan di sekitar Sungai Tabir. Festival ini menampilkan berbagai kegiatan seni dan budaya, penanaman bibit pohon, serta peluncuran Gerakan Sadar untuk Mengurangi Sampah Plastik (GERATIK) untuk memperkuat komitmen masyarakat setempat menjaga lingkungan sungai dan penebaran ribuan benih ikan ke Sungai.

Malam puncak festival digelar di Rumah Tuo Adat, yang didirikan sejak 1330 dan menjadi simbol Kabupaten Merangin serta situs cagar budaya sejak 1996, dengan harapan menyebarluaskan kebanggaan budaya dan sejarah lokal.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement