Menjawab pertanyaan tentang peluang mengembalikan Polri ke TNI, Mahfud mengingatkan pesan Bung Karno agar jangan sekali-kali melupakan sejarah atau Jas Merah. Mahfud mengingatkan, pemisahan Polri dan TNI sendiri merupakan keinginan generasi muda dan amanat Reformasi.
Kemudian, Mahfud mendapat pertanyaan apakah masih layak Indonesia disebut sebagai negara merdeka dengan keadilan dan kemakmuran yang tidak dirasakan rakyat. Mantan Menteri Pertahanan itu turut mengamini kerusakan-kerusakan hari ini, termasuk Indonesia yang dituding warung keadilan karena keadilan yang harus dibeli.
"Ini tengarainya, tentu tidak semuanya, tapi apakah Pak Mahfud punya bukti, punya itu yang di penjara-penjara itu apa, hakim, ya toh, polisi, jaksa, pengacara, itu karena jual-beli keadilan, itu yang tertangkap, nah itu yang tidak boleh terjadi," kata Mahfud.
Terakhir, Mahfud mendapat pertanyaan soal kondisi Indonesia hari ini yang mirip lahirnya fasisme atau nazisme karena otoritarianisme yang dikemas demokrasi. Mahfud menjawab dengan mengingatkan bagaimana Hitler sekalipun membangun kediktatoran lewat demokrasi, serta pesan Bung Hatta soal bahayanya demokrasi.
"Oleh sebab itu, pada tahun 1931 Muhammad Hatta itu mengatakan, demokrasi itu kalau tidak disertai dengan jiwa satria dan kejujuran itu bisa membunuh demokrasi," ujar Mahfud yang menutup episode khusus podcast Terus Terang Mahfud MD kali ini dengan mengajak Gen Z dan Gen Y yang hadir menyanyikan Indonesia Pusaka.
(Qur'anul Hidayat)