JAKARTA – Mahfud MD mengisahkan kembali ketegangan antara para tokoh senior bangsa dan kalangan generasi muda beberapa hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dalam episode khusus kemerdekaan, mantan Menko Polhukam ini berdiskusi secara langsung dengan Gen Y dan Gen Z tentang kisah hari-hari menjelang proklamasi.
"Kita harus bersyukur karena Indonesia adalah satu-satunya bangsa di dunia ini yang merdeka karena mengusir penjajah. Indonesia merdeka bukan karena hadiah atau izin dari penjajah sebelumnya, tapi karena kita merebut dan mengusir penjajah, beda misal dengan negara lain yang karena dijajah lalu kemerdekaan diberikan sebagai hadiah," kata Mahfud dalam YouTube Mahfud MD Official, Jumat (16/8/2024).
Mahfud memulai podcast lewat monolog, menceritakan runtutan proses yang terjadi secara lengkap sampai kita melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menutup monolog, mantan Menkopolhukam tersebut membacakan lengkap teks proklamasi sekaligus menegaskan kalau Indonesia merdeka atas kekuatan sendiri, bukan hadiah.
"Jadi, saya ingatkan bahwa Indonesia ini selalu membuat tonggak-tonggak perubahan sejarah itu karena generasi muda, kalau sekarang ini kira-kira namanya Gen Z dan Gen Y, Milenial dan seterusnya, karena Bung Karno dan Bung Hatta pun itu berjuang sejak muda," ujar Mahfud, yang mempersilakan Gen Y dan Gen Z yang hadir untuk bertanya.
Mahfud mendapat pertanyaan relevansi proses menuju kemerdekaan untuk hari ini. Terutama, soal kehidupan berbangsa, merawat demokrasi, menjaga penyelenggara negara transparan dan akuntabel. Menjawab, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengingatkan filosofi dasar merdeka yaitu menghargai martabat manusia.
"Kan kemerdekaan Indonesia itu didahului dengan pembukaan yang bunyinya bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di muka dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan," kata Mahfud sambil mengingatkan lagi isi teks Pembukaan UUD 1945.
Lalu, Mahfud mendapat pertanyaan apakah Indonesia hari ini masih bisa disebut ada di era demokratis ketika kekuatan partai politik lemah dan eksekutif yang cenderung intervensionis. Termasuk, jika melihat karakteristik hukum yang elitis kompromistis. Mahfud menekankan, format resmi Indonesia sejak merdeka memang demokratis.
Namun, secara substansi sekarang tidak demokratis, pemerintahnya terlalu banyak intervensi, pengadilannya lemah, produk hukum DPR tidak menampung atau tidak mewakili aspirasi rakyat dan lain-lain. Meski begitu, Mahfud yang merupakan pula mantan Anggota DPR RI mengajak kita melihat itu sebagai bagian dari bernegara.
"Oleh sebab itu, kamu, anak-anak muda terus berjuang, bahwa sekarang misalnya politiknya partai politiknya lemah tidak apa-apa. Daripada tidak ada partai politik lebih baik ada partai politik meskipun lemah, dan kelemahan ini harus diperbaiki dengan saudara-saudara ikut berjuang, bantu partai politik ini agar berfungsi dengan baik," ujar Mahfud.