LVIV - Seorang ibu dan tiga putrinya termasuk di antara tujuh orang yang tewas di kota Lviv, Ukraina bagian barat, selama gelombang serangan baru Rusia. Termasuk seorang bayi dan seorang anak perempuan lainnya juga tewas.
Wali Kota Lviv Andriy Sadovy mengatakan Rusia telah menyerang dengan pesawat nirawak dan rudal hipersonik pada Rabu (4/9/2024) pagi. Serangan itu terjadi saat Ukraina terhuyung-huyung akibat pemboman tunggal paling mematikan yang dilakukan Rusia tahun ini. Yakni serangan terhadap sebuah lembaga militer di pusat kota Poltava yang menewaskan 53 orang.
Serangan terhadap Lviv di ujung barat Ukraina terjadi saat seluruh Ukraina berada dalam status siaga serangan udara. Para saksi mata mengatakan kota itu menjadi sasaran sekitar pukul 05:40 (02:40 GMT).
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan telah menembakkan senjata hipersonik Kinzhal ke fasilitas industri pertahanan Ukraina di Lviv dan semua target yang ditentukan telah terkena serangan.
Namun, Sadovy mengatakan serangan Rusia telah merusak lebih dari 50 bangunan di jantung kota bersejarah Lviv, termasuk rumah, sekolah, dan klinik.
Dia mengunggah foto sebuah keluarga setempat di media sosial, dan mengatakan bahwa hanya sang ayah yang selamat. Istrinya, Yevgenia, dan ketiga putri mereka yakni Darina, Emilia, dan Yaryna yang berusia 21 tahun, semuanya meninggal di rumah mereka sendiri.
Angkatan udara Ukraina mengatakan Rusia telah menembakkan 13 rudal dan 29 pesawat nirawak serang dan tujuh rudal jelajah dan 22 pesawat nirawak ditembak jatuh.
Sadovy mengatakan beberapa bangunan diserang di dekat stasiun kereta api dan kepala administrasi daerah Lviv Maksym Kozytskyi mengatakan bangunan tempat tinggal telah rusak dalam serangan itu.
Lviv sebagian besar terhindar dari pertempuran terburuk selama dua setengah tahun perang, tetapi minggu lalu, serangan Rusia menargetkan infrastruktur energinya yang menyebabkan pemadaman, menurut para pejabat.
Presiden Volodymyr Zelensky memperbarui seruannya agar sekutu Barat Ukraina menembakkan semua senjata jarak jauh mereka lebih jauh ke Rusia.
Di Poltava, petugas penyelamat terus mencari korban selamat dari serangan itu di antara puing-puing lembaga komunikasi militer. Mykyta Petrov, seorang kadet berusia 26 tahun yang baru mulai bertugas di sana dua minggu lalu, mengatakan dua rudal menghantam tak lama setelah pukul 09:00 (06:00 GMT) pada Selasa (3/9/2024), yang kedua meledak hanya tiga detik setelah yang pertama.
“Saya berlari keluar, ada asap dan debu di mana-mana, banyak orang di luar sedang merokok, dan banyak yang terbunuh,” ujarnya.
Kadet itu mengatakan ada terlalu banyak darah, terlalu banyak mayat, dan apa yang telah dilihatnya telah memengaruhinya secara psikologis.
Sirene serangan udara telah berbunyi dua menit sebelumnya, tetapi tidak memberi orang cukup waktu untuk mencapai tempat perlindungan bom.
"Anda bayangkan Anda berada di lantai enam sebuah gedung dan Anda harus lari turun ke bawah. Apakah realistis bahwa Anda dapat melakukan ini dalam dua menit?,” terag anggota parlemen Ukraina Oleksiy Goncharenko mengatakan kepada BBC.
Para pejabat mengatakan 271 orang terluka dalam serangan Rusia di Poltava, dan pada Rabu (4/9/2024) sore, 400 orang telah mendonorkan darah di rumah sakit daerah utama.
(Susi Susanti)