Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mantan Napi Teroris: Perempuan yang Single dan Latar Belakang Keluarga Buruk Mudah Terpengaruh Radikalisme

Putra Ramadhani Astyawan , Jurnalis-Sabtu, 07 September 2024 |14:17 WIB
Mantan Napi Teroris: Perempuan yang Single dan Latar Belakang Keluarga Buruk Mudah Terpengaruh Radikalisme
Listyowati, mantan napi teroris perempuan
A
A
A

JAKARTA - Perempuan Indonesia diimbau untuk tidak mudah terjebak dalam bujuk rayu kelompok dan paham radikalisme, terutama yang mengatasnamakan agama. Pasalnya, perempuan, beserta anak dan remaja, merupakan salah satu kelompok paling rentan terpapar propaganda teroris.

Listyowati, korban propaganda teroris sekaligus mantan narapidana teroris (napiter) yang pernah terlibat dalam pendanaan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), menegaskan bahwa perempuan sering kali menjadi target karena kerentanannya terhadap bujuk rayu yang menjanjikan, terutama mereka yang belum memiliki pasangan atau berasal dari latar belakang keluarga yang tidak mendukung.

Listyowati mengungkapkan bahwa banyak perempuan yang terjerumus dalam radikalisme hanya karena terpengaruh janji-janji manis. 

"Perempuan itu terlalu sensitif. Jadi dikasih iming-iming sedikit saja, dia langsung mau," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (5/9). 

Listyowati yang kini telah kembali ke pangkuan NKRI ini memaparkan bahwa perempuan yang tidak memiliki pasangan lebih rentan terjerembab. Selain itu, sosok perempuan lainnya yang dianggap rentan ialah mereka yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, seperti yang menimpa Listyowati. Faktor lain yang menurutnya menentukan adalah kondisi keluarga.

"Kalau keluarganya bagus, dia udah diarahkan orang tuanya. Yang single, belum punya pasangan, atau pisah, atau dari keluarga yang biasa, itu gampang banget. Kecuali dari keluarga atau pasangannya memang sudah benar," ujar dia.

Ia menambahkan bahwa anak-anak juga sangat rentan terpapar ideologi radikal karena ketidaktahuan mereka terhadap situasi yang kompleks. "Kasihan anak-anak yang tidak tahu apa-apa kalau sampai ikut aksi terorisme," tambahnya.

Pengalaman pribadi Listyowati membuat peringatan ini tak boleh diabaikan. Ia ditangkap pada 2020 saat hendak berangkat ke Yaman dan terlibat dalam pendanaan kelompok radikal saat menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Hong Kong. 

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement