Gholamhossein Karbaschi, yang menjabat sebagai wali kota Teheran pada 1990-an, telah membantah gagasan Pezeshkian, dengan alasan bahwa tidak ada pengganti yang cocok untuk Teheran. “Ke mana Anda ingin pergi?” katanya dalam sebuah wawancara dengan outlet Asr Iran. Mantan wali kota itu memperingatkan bahwa beberapa negara yang sebelumnya memutuskan untuk memindahkan ibu kota mereka akhirnya kehilangan uang dan mendapatkan dua kota yang bermasalah, bukan satu.
Teheran, yang telah menjadi ibu kota Iran sejak 1786, terletak di utara negara itu, 100 km dari Laut Kaspia. Kota ini dihuni oleh 9,4 juta orang, hampir 17 juta di antaranya berada di wilayah metropolitan yang lebih besar, menjadikan Teheran kota terbesar di Iran dan Asia Barat, serta wilayah metropolitan terbesar kedua di Timur Tengah, setelah Kairo.
Ini bukan pertama kalinya otoritas Iran mengusulkan pemindahan ibu kota dari Teheran. Usulan serupa pernah diajukan selama masa jabatan Presiden Mahmoud Ahmadinejad antara 2005 dan 2013. Saat itu, parlemen memilih untuk membentuk dewan khusus guna mencari pengganti. Namun, keputusan akhir tentang pemindahan ibu kota tidak pernah dibuat.
Pezeshkian dilantik sebagai presiden Iran pada akhir Juli setelah mengalahkan pesaingnya Saeed Jalili dengan perolehan suara 53,7% berbanding 44,3% pada putaran kedua pemilihan awal bulan itu. Pemungutan suara dadakan itu dilakukan setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter pada Mei.
(Rahman Asmardika)