Namun bagi ribuan korban konflik yang tidak bersalah, Fujimori adalah sosok otoriter dan pemimpin yang brutal. Putra imigran Jepang, Fujimori memerintah dengan tangan besi, masa jabatannya ditandai dengan liku-liku yang dramatis.
Ia pertama kali terpilih sebagai presiden pada tahun 1990, ketika pemberontakan pemberontak mencapai puncaknya. Dua tahun kemudian, Fujimori menutup Kongres, menuduh para anggota parlemen mencegahnya mengambil tindakan yang dibutuhkan negara.
Pemerintahnya berhasil mengalahkan kelompok pemberontak tetapi dengan korban jiwa yang sangat tinggi. Tindakan keras pemerintah otoriternya mengakibatkan kematian sekitar 69.000 orang.
Fujimori akhirnya dihukum karena pelanggaran hak asasi manusia yang terutama menargetkan masyarakat adat miskin. Fujimori memerintah Peru hingga ia dipaksa turun jabatan di tengah tuduhan korupsi. Ia mencari suaka di Jepang sebelum kembali ke Chili, tempat ia ditangkap.
Saat ini putrinya Keiko adalah pemimpin partai politik terbesar di Peru.
Ia kalah dalam pemilihan presiden terakhir dengan selisih suara tipis dan telah mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri lagi pada tahun 2026.
(Susi Susanti)