Tak hanya ekskul bela diri, pendidikan karakter sebagai pencegahan dari tindak perundungan juga bisa didapat dari kegiatan ekstrakulikuler lainnya. Misalnya Paskibra yang kuat akan nilai-nilai kedisiplinan, maupun bentuk ekskul yang berfokus pada nilai-nilai kepemimpinan maupun sosial seperti palang merah remaja (PMR).
“Kan banyak ya ekskul yang mengajarkan ilmu leadership, serta simpati dan empati. Ada Pramuka, Paskibra, PMR, pecinta alam buat yang suka naik gunung, teater dan musik buat yang suka seni, atau ekskul olahraga kaya Basket, Sepakbola, Voli dan lainnya yang mengajarkan pentingnya kerja sama dan keuletan,” kata Dede.
Dede pun mengimbau orangtua untuk mendorong anak-anaknya agar mengikuti banyak kegiatan ekskul di sekolah.
“Orangtua perlu memberi motivasi dan pemahaman bahwa ekskul ini penting. Karena selain bisa menunjang prestasi, ekskul juga menjadi wadah anak bersosialisasi ke arah positif. Manfaat ekskul pasti juga akan dirasakan orangtua pada akhirnya,” ucapnya.
Lebih lanjut, Dede menekankan pentingnya kehadiran orangtua dalam pendidikan karakter anak. Sebab keluarga adalah tempat terdepan bagi anak dalam memperoleh pendidikan karakter.
“Kalau orangtua tidak hadir, dalam arti tidak fokus pada pendidikan karakter, sudah pasti nilai-nilai etika moral anak menjadi kurang. Sekarang yang ada itu orangtua memberikan atensi pada pendidikan karakter kalau sudah ada kejadian,” tukas Dede.
“Ada yang dibawa ke pesantren, psikolog, bahkan ada yang dipasung dan pemasungan itu tidak dibenarkan. Harus diingat, anak itu energinya berlebihan dan itu normal karena proses hormonal, proses tumbuh kembang. Dia banyak ingin tahu. Ketika dia tidak diberi tahu, dia akan mencari tahu dari teman-temannya, dari lingkungan, dari internet, yang kadang akhirnya jadi salah informasi,” tambahnya.
Menurut Dede, pendidikan karakter pada anak di rumah tidak harus dilakukan secara kaku. Pendekatan bisa dilakukan dari hal-hal kecil yang biasanya justru dapat lebih mudah diterima oleh anak.
“Pendidikan karakter di rumah bisa dimulai dari berdialog, ngobrol, sharing, belajar bersama, pengajian atau bentuk apapun lainnya. Bisa juga dengan membantu anak menyalurkan hobi, misalnya bermusik atau apa. Itu juga akan bantu anak lebih fokus sekaligus menambah skill mereka,” tutup Dede.
(Qur'anul Hidayat)