Thomas-Greenfield mengatakan AS mengharapkan para pemimpin militer Israel untuk menerapkan "perubahan mendasar" dalam operasi mereka. Terrmasuk aturan keterlibatan dan prosedur mereka untuk memastikan bahwa operasi militer tidak bertentangan dengan kegiatan kemanusiaan dan tidak menargetkan sekolah dan fasilitas sipil lainnya.
"Kami juga telah dengan tegas mengomunikasikan kepada Israel bahwa tidak ada dasar, sama sekali tidak ada bagi pasukannya untuk melepaskan tembakan ke kendaraan PBB yang ditandai dengan jelas seperti yang baru-baru ini terjadi pada banyak kesempatan," ungkapnya.
Pada saat yang sama, dia mengatakan Hamas juga bersembunyi di lokasi sipil, yang menimbulkan ancaman berkelanjutan. Bahkan dalam beberapa kasus, dia menilai Hamas telah mengambil alih atau ‘memanfaatkan’ lokasi sipil tersebut.
Dia mengatakan hal itu menggarisbawahi urgensi mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Gaza.
“Sementara AS bekerja sama dengan sesama mediator Mesir dan Qatar untuk mencoba membuat kedua belah pihak setuju bahwa sudah cukup, namun ini pada akhirnya adalah masalah kemauan politik dan kompromi yang sulit,” pungkasnya.
Banyak anggota dewan mengutip serangan Israel minggu lalu terhadap bekas sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan warga sipil yang dikelola oleh badan PBB yang membantu pengungsi Palestina, yang dikenal sebagai UNRWA. Enam staf UNRWA termasuk di antara sedikitnya 18 orang yang tewas, termasuk wanita dan anak-anak.
(Susi Susanti)