BEIRUT – Sebelum serangan walkie-talkie yang meledak di Lebanon selatan, seorang dokter di Beirut bercerita tentang kondisi pasien di rumah sakit (RS) tempatnya bertugas usai ledakan pager. Banyak pasien yang kehilangan cerita dan mengalami luka atau cedera parah di mata.
"Awalnya hari itu seperti biasa, sampai tidak seperti itu lagi," terang Dr. Nour El Osta, dari RS Hotel Dieu di Beirut, tentang apa yang dilihatnya setelah serangan pager pada Selasa (17/9/2024).
"Sayangnya, kejadian itu mengingatkan kami pada ledakan 4 Agustus 2020 [ketika lebih dari 200 orang tewas di pelabuhan Beirut], tetapi kejadian itu juga berbeda,” lanjutnya.
Dia mengatakan kali ini pihaknya menerima terlalu banyak cedera serupa dan menggambarkannya sebagai kejadian yang hampir berulang. "Semua pasien kehilangan jari atau mengalami cedera parah di mata. Itu adalah sesuatu yang belum pernah kami lihat sebelumnya,” lanjutnya.
Dua pasien mengalami cedera parah di wajah dan mata mereka dan dibawa ke rumah sakit lain untuk dioperasi. Karena masalah keamanan, tim BBC tidak diizinkan untuk berbicara dengan pasien atau keluarga mereka, karena mereka sebagian besar adalah anggota Hizbullah.
Di taman rumah sakit, masih ada sejumlah anggota keluarga Hizbullah yang terluka. Semua tampak kelelahan. Beberapa wanita menangis.
Seperti diketahui, ledakan pager telah menewaskan sembilan orang dan 3.000 terluka di Lebanon. Usai pager, terjadi ledakan walkie talkie yang menewaskan 20 orang. Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan sedikitnya 450 orang terluka.