Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pidato di Markas PBB, Menlu Retno Minta Gerakan Non-Blok Aktif Bantu Palestina!

Binti Mufarida , Jurnalis-Jum'at, 27 September 2024 |15:02 WIB
Pidato di Markas PBB, Menlu Retno Minta Gerakan Non-Blok Aktif Bantu Palestina!
Menlu Retno Marsudi di Markas PBB (Kemlu RI)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mendorong negara-negara Gerakan Non-Blok (GNB) aktif membantu Palestina. Seruan itu disampaikan Retno saat berpidato di Pertemuan Tingkat Menteri Komite GNB untuk Palestina di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Kamis 26 September 2024.

“Negara-negara Gerakan Non-Blok (GNB) harus menggunakan pengaruhnya untuk membantu Palestina,” kata Retno mengawali pidatonya.

Menurut Retno, negara-negara GNB harus memanfaatkan pengaruh yang dimiliki, untuk memajukan dua hal utama, yaitu pertama, meningkatkan jumlah negara yang mengakui Palestina. Dan kedua, mendorong implementasi efektif dari Resolusi Majelis Umum PBB ES-10/24, yang menuntut Israel untuk mengakhiri kehadiran ilegalnya di Wilayah Pendudukan Palestina.

“Pengakuan (terhadap Palestina) sangatlah penting. Pengakuan mengobarkan harapan kepada rakyat Palestina; merupakan langkah krusial menuju terciptanya Solusi Dua Negara, serta menciptakan tekanan politis bagi Israel untuk menghentikan kekejamannya,” jelas Retno.

Dalam pandangannya, Retno mengatakan negara-negara GNB harus menjadi negara-negara yang terdepan dalam memberikan pengakuan terhadap Palestina.

Komite Palestina GNB adalah salah satu Kelompok Kerja GNB yang antara lain beranggotakan Indonesia, Aljazair, Iran, Afrika Selatan, Zimbabwe, Malaysia, Kuba, India, Venezuela, Mesir dan Senegal.

Sementara, GNB terdiri dari 121 negara yang secara formal tidak beraliansi dengan salah satu blok kekuatan besar tertentu. Dari antara negara-negara anggota GNB, hanya Palestina yang belum meraih kemerdekaan.

Serukan pengakuan Palestina

Dalam pidatonya, Retno Marsudi juga menyerukan agar dunia internasional mengakui negara Palestina. Ini dinilai sebagai langkah krusial untuk mewujudkan solusi dua negara. Pengakuan tersebut tidak hanya memberikan harapan bagi rakyat Palestina, tapi juga jadi cara penting untuk memberikan tekanan politik kepada Israel agar menghentikan kekejamannya ke Palestina.

 

Retno menolak pandangan beberapa negara yang menunda pengakuan Palestina dengan alasan menunggu waktu yang tepat. “Kapan waktu yang tepat itu? Bagi saya, waktunya adalah sekarang. Kita tidak ingin menunggu hingga semua rakyat Palestina terusir atau hingga 100.000 orang terbunuh untuk menganggap bahwa itu adalah waktu yang tepat,” tegasnya.

Selain itu, Retno juga menyoroti urgensi implementasi Resolusi Majelis Umum PBB ES-10/24, yang menuntut Israel untuk mengakhiri kehadiran ilegalnya di Wilayah Pendudukan Palestina. Dia menegaskan bahwa harapan untuk perdamaian akan hancur jika negara-negara anggota PBB tidak memiliki keberanian dan hati untuk menekan satu negara agar mematuhi resolusi tersebut.

Indonesia, melalui pernyataan Retno, mendesak seluruh negara untuk memastikan implementasi resolusi ini. “Indonesia mendesak seluruh negara untuk memastikan bahwa implementasi resolusi tersebut benar-benar terjadi,” tegasnya.

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement