Setelah degan tersebut diterima dan diminum airnya, Raden Wijaya lalu membelahnya dan ternyata berisi nasi putih. Rupanya penulis Pararaton (serta Kidung Rangga Lawe) berusaha menggambarkan kehebatan Raden Wijaya melalui adegan yang luar biasa.
Rombongan Raden Wijaya itu kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Pulau Madura untuk menemui Arya Wiraraja. Pertimbangan menuju Madura karena ia dulu memperoleh kedudukan berkat ayah mertua Raden Wijaya tersebut.Nama ayah Raden Wijaya menurut Pararaton adalah Mahişa Campaka, atau Narasinghamūrti, sedangkan menurut Nägarakṛtāgama dan Prasasti Kudadu, Narasinghamūrti adalah kakek Raden Wijaya, bukan ayahnya.
Arya Wirarāja pada awalnya mengabdi kepada Narasinghamūrti di Istana Singhasāri. Karena kecerdasan dan bakatnya sebagai ahli siasat, ia pun memperoleh kedudukan tinggi. Namun, setelah Narasinghamūrti meninggal, kecerdasan Arya Wīrarāja justru dianggap sebagai ancaman oleh Sri Kertanagara. la kemudian dicopot dari jabatannya dan dimutasi menjadi adipati Madhura timur, jauh dari ibukota Tumapel.
(Angkasa Yudhistira)