Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kesaktian Raden Wijaya: Belah Buah Kelapa Isinya Nasi Putih 

Avirista Midaada , Jurnalis-Minggu, 29 September 2024 |07:03 WIB
Kesaktian Raden Wijaya: Belah Buah Kelapa Isinya Nasi Putih 
Ilustrasi Raden Wijaya (Foto: Istimewa)
A
A
A

SERANGAN Jayakatwang ke ibu kota Tumapel yang berganti nama menjadi Singasari membuat riwayat kerajaan tamat. Para pejabat tinggi seperti raja, ratu, mahapatih, hingga pejabat lainnya tewas terbunuh oleh pasukan Jayakatwang. 

Dari sekian pejabat dan komandan pasukan Raden Wijaya, serta pasukannya termasuk beruntung karena bisa kabur ke luar ibu kota kerajaan. Saat itu Raden Wijaya baru saja menghalau serangan dari lawan di sisi selatan ibu kota kerajaan. Tapi yang terjadi serangan pasukan dari sisi utara yang lebih mematikan dan membuat kehancuran Singasari.

Dikisahkan pasca penaklukkan Singasari oleh pasukan Jayakatwang, Raden Wijaya dan pasukannya diburu. Alhasil sang Pangeran Wijaya, yang juga menantu dari Kertanagara ini terpaksa melarikan diri di hutan. Para sahabat Raden Wijaya yang menemani dalam pelarian memutuskan meminta tolong ke Arya Wiraraja, adipati di Pulau Madura.

Di saat pelariannya itu konon Raden Wijaya dan pasukannya tiba di Pandakan. Di sana mereka beristirahat di rumah tetua desa yang bernama Macan Kuping, dikutip dari buku "Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari dan Majapahit". 

Beberapa ahli berpendapat wilayah Pandakan yang ada di Pararaton itu kini menyerupai Desa Pandaan, yang ada di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.

Selanjutnya, Raden Wijaya meminta disediakan degan (kelapa muda). Kisah ini dikembangkan oleh penulis Kidung Rangga Lawe, bahwa Macan Kuping memerintah anaknya yang bernama Kancil Bang untuk memanjat pohon kelapa demi mewujudkan permintaan sang pangeran. 

 

Setelah degan tersebut diterima dan diminum airnya, Raden Wijaya lalu membelahnya dan ternyata berisi nasi putih. Rupanya penulis Pararaton (serta Kidung Rangga Lawe) berusaha menggambarkan kehebatan Raden Wijaya melalui adegan yang luar biasa. 

Rombongan Raden Wijaya itu kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Pulau Madura untuk menemui Arya Wiraraja. Pertimbangan menuju Madura karena ia dulu memperoleh kedudukan berkat ayah mertua Raden Wijaya tersebut.Nama ayah Raden Wijaya menurut Pararaton adalah Mahişa Campaka, atau Narasinghamūrti,  sedangkan menurut Nägarakṛtāgama dan Prasasti Kudadu, Narasinghamūrti adalah kakek Raden Wijaya, bukan ayahnya.

Arya Wirarāja pada awalnya mengabdi kepada Narasinghamūrti di Istana Singhasāri. Karena kecerdasan dan bakatnya sebagai ahli siasat, ia pun memperoleh kedudukan tinggi. Namun, setelah Narasinghamūrti meninggal, kecerdasan Arya Wīrarāja justru dianggap sebagai ancaman oleh Sri Kertanagara. la kemudian dicopot dari jabatannya dan dimutasi menjadi adipati Madhura timur, jauh dari ibukota Tumapel.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement