Anton bahkan menggarisbawahi bagaimana DPR mengundang parlemen Rusia dan parlemen Ukraina untuk bisa duduk bersama pada forum P20 ke-8 di Jakarta saat kedua negara itu tengah berperang.
“Saat menjadi host P20 dalam perhelatan G20, DPR menunjukkan inisiatif mengundang parlemen Ukraina dan Rusia untuk duduk bareng dalam satu forum. DPR juga aktif membicarakan isu Myanmar saat mememegang keketuaan,” ungkap Dosen Universitas Paramadina itu.
"Apa yang dilakukan DPR ini tentu patut mendapatkan apresiasi karena Parlemen secara aktif telah menunjukkan upaya konkrit dalam meningkatkan postur diplomasi Indonesia," sambungnya.
Menurut Anton, praktik diplomasi parlemen yang dilakukan DPR periode sebelumnya sangat baik mengingat dilakukan secara kolaboratif bersama Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Dengan begitu, diplomasi luar negeri bisa berjalan beriringan antara lembaga eksekutif dan legislatif.
Anton pun memberi catatan positif lainnya untuk DPR periode 2019-2024. Terutama bagaimana DPR membawa pesan atau sikap Indonesia terkait berbagai isu global. Selain peran pimpinan DPR, ia juga menyoroti kontribusi Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR yang banyak melakukan kerja fungsi diplomasi parlemen secara apik.
“Selama satu periode terakhir, DPR juga secara aktif dan konsisten menyuarakan kepentingan nasional melalui diplomasi parlemen,” ungkap Anton.