Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Saling Sindir Donald Trump dan Kamala Harris saat Pidato Terakhir Sebelum Pemilu AS

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Kamis, 31 Oktober 2024 |11:00 WIB
Saling Sindir Donald Trump dan Kamala Harris saat Pidato Terakhir Sebelum Pemilu AS
Pidato terakhir Donald Trump dan Kamala Harris sebelum Pemilu AS (AFP via VOA)
A
A
A

WASHINGTON - Dua calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) telah menyampaikan apa yang mereka sebut sebagai “argumen penutup” kepada para pemilih pada pekan terakhir sebelum pemilu.

Melansir VoA Indonesia, Kamis (31/10/2024), dalam minggu terakhir ini, kampanye kepresidenan AS bernuansa layaknya sebuah kasus pengadilan.

“Apakah Anda lebih baik sekarang daripada empat tahun lalu?”

Ini adalah argumen penutup. Dengan para pemilih yang bertindak sebagai juri hingga hari Selasa. Mantan Presiden Donald Trump menyampaikan argumennya mengenai ekonomi dan imigrasi di Madison Square Garden, pusat kota New York.

“Kamala Harris telah menghancurkan kelas menengah kita. Setelah bertahun-tahun membangun negara asing, mempertahankan perbatasan asing, dan melindungi tanah asing, akhirnya kita akan membangun negara kita, mempertahankan perbatasan kita, dan melindungi warga negara kita. Itu yang disebut dengan 'Amerika yang utama',” tuturnya.

Arena berkapasitas 20 ribu kursi itu penuh sesak. Beberapa pemilih menunggu semalaman untuk bisa masuk.

Seseorang yang menghadiri kampanye Trump, Virginia Avery, ikut berkomentar. 

“Akan sangat menyenangkan memiliki seorang panutan, tapi sejujurnya saya kira Trump akan melakukan pekerjaan yang baik dalam hal pemerintahan dan urusan luar negeri,” komentarnya.

Pemilih lainnya, Nazim Karim, menyebut Trump sebagai sosok yang blak-blakan. “Dia blak-blakan, dia berbicara tanpa teks dan nyambung dengan saya," ucapnya.

“Saya benar-benar melihat bahwa Trump akan membawa kita ke tingkat berikutnya,” kata peserta kampanye lainnya, Carol Vasques.

 

Dalam menyampaikan sanggahannya, Wakil Presiden Kamala Harris memilih taman Ellipse di Washington, dengan latar belakang Gedung Putih - rumah masa depan bagi salah satu calon presiden. 

“Sudah waktunya bagi generasi baru kepemimpinan di Amerika,” sebutnya.

Harris memaparkan visinya sendiri untuk Amerika, yang berusaha tampil kontras dengan Trump. 

“Sudah waktunya untuk membalik halaman drama dan konflik. Saya akan memberlakukan larangan federal pertama yang pernah ada untuk kenaikan harga bahan makanan. Menetapkan batas harga insulin dan membatasi biaya resep yang harus ditanggung sendiri oleh seluruh rakyat Amerika,” ujar Harris.

Puluhan ribu orang menghadiri kampanye Harris.

Salah seorang di antara peserta kampanye Harris, Angela Coleman, ingin melihat seorang perempuan menjadi presiden AS. 

“Presiden perempuan pertama - saya ingin sekali menyaksikannya dalam hidup saya,” komentarnya.

David Demattia, juga hadir pada kampanye Harris. 

“Saya seorang pria gay dan saya, secara pribadi, ingin mempertahankan hak-hak saya. Saya ingin mempertahankan hak-hak saya,” komentarnya.

“Dia mendukung hak-hak aborsi, pro-pilihan, hak perempuan untuk memilih, dan saya yakin dia akan memastikan tidak ada larangan aborsi nasional yang diberlakukan di bawah kepemimpinannya,” kata peserta kampanye lainnya, Alicia Rau.

Mengingat betapa ketatnya persaingan ini, pemilu mungkin terlalu dekat untuk dilakukan pada Selasa malam. Gugatan hukum sudah berlangsung di beberapa negara bagian terkait penghitungan suara dan kelayakan pemilih.


 

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement