SUNAN Kalijaga konon mengembangkan Islam abangan yang bertolak belakang dengan Islam yang dicetuskan Sunan Giri. Pengembangan ajaran Islam ini sempat memicu perbedaan pendapat di antara para Wali Songo, atau 9 wali penyebar agama Islam di Pulau Jawa.
Aliran Islam abangan itu juga dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga, juga disebut Aliran Tuban, karena Sunan Kalijaga berasal dari Tuban. Golongan islam abangan atau kaum moderat dipimpin oleh Sunan Kalijaga itu didukung oleh Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati.
Sebagaimana dikutip dari buku "Sunan Giri" dari Umar Hasyim, ada lima ajaran yang coba disebarkan Sunan Kalijaga dan golongannya. Pertama membiarkan dahulu adat - adat yang sukar diubah dan adat - adat kepercayaan lama itu sangat berat untuk diubah dengan kekerasan dan tergesa-gesa atau radikal.
Kedua bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam agak mudah diubah maka segera dihilangkan. Sunan Kalijaga dan empat Wali Songo lainnya mencoba memberikan teladan dari belakang terhadap kelakuan dan adat rakyat atau dengan istilah tut wuri handayani.
Tetapi diusahakan untuk dapat mempengaruhi sedikit demi sedikit. Serta tut wuri handayani hangiseni artinya mengikuti dari belakang sambil mengisi kepercayaan atau ajaran agama Islam.
Islam abangan yang digagas Sunan Kalijaga ini juga menghindari konfrontasi secara langsung atau secara keras dengan masyarakat di dalam pasal menyiarkan agama Islam itu. Hal ini dimaksudkan berusaha untuk mengambil ikannya, tetapi tidak mengeruhkan airnya sehingga kotor.
Dari sanalah semua itu boleh diubah merubah adat dan kepercayaan masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tetapi Sunan Kalijaga menjaga prinsip tidak boleh menghalau masyarakat dari umat islam.