"Masjid Sabilillah ini memiliki konstruksi bangunan dengan melambangkan pergerakan perjuangan Indonesia, jumlah pilar di luar masjid sebanyak 17 buah melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia," jelasnya.
Sementara ketinggian masjid dari lantai bawah hingga atap yakni 8 meter melambangkan bulan dimana Indonesia merdeka dari penjajah.
Sementara tahun kemerdekaan Indonesia 1945 dilambangkan pada lebar masjid dan tinggi menara yakni 45 meter dari permukaan tanah.
Jarak antar pilar satu dan lainnya juga memiliki filosofis, dimana dengan jarak 5 meter antar pilar melambangkan Pancasila dan rukun islam yang jumlahnya juga lima. Di bagian menara masjid berbentuk segi 6 melambangkan rukun iman pada agama islam.
Di dalam masjid, juga terdapat 9 pilar menyokong masjid yang melambangkan jumlah Wali Songo yang menjadi penyebar agama islam di Pulau Jawa.
Selain simbol perjuangan arek-arek Jawa Timur mempertahankan kemerdekaan, masjid ini juga menjadi simbol kerukunan antar umat beragama. Pasalnya, di seberang masjid sisi timur terdapat Gereja Katolik Santo Albertus de Trapani Blimbing. Tentu lokasi berdirinya cukup unik, dimana setiap kegiatan keagamaan kedua agama selalu intensif berkomunikasi.
"Duluan gereja berdirinya. Kita baru sekitar 1980-an, jadi kita yang komunikasi dulu ke mereka. Dan Alhamdulillah semua lancar dari dulu," beber Farkhan.
Bahkan karena letaknya yang berseberangan ini tak jarang jama'ah gereja yang beribadah memarkir kendaraan bermotornya di halaman Masjid Sabilillah.
Tokoh Gereja Santo Albertus de Trapani, Romo Paroki Agus Purnomo Yulius menyebut bila jamaah gerejanya beberapa kali menitipkan kendaraan bermotornya di halaman masjid. "Kita komunikasi intensi dengan pihak Takmir Masjid Sabilillah. Beberapa kali ibadah gereja juga kendaraan jamaah diparkir di masjid karena letak gereja berada di pinggir jalan," tuturnya.
(Angkasa Yudhistira)