Anggota Komite Eksekutif MHM Dr TGB M Zainul Majdi, menambahkan, toleransi sangat penting membangun budaya damai. Hal itu tidak bisa dilakukan dengan memelihara eksklusivitas, tapi harus membuka ruang dialog. Aksi itu antara lain tercermin dari penandatanganan dokumen persaudaraan manusia oleh Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb dan Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019.
“Itu dokumen paling kuat antara tokoh tertinggi dunia muslim dan tertinggi di dunia katolik yang menunjukkan komitmen bertoleransi, bekerja sama, bukan untuk kepentingan umatnya masing-masing saja, tapi untuk umat manusia,” sebutnya
“Toleransi tidak terbatas saling menghormati, tapi juga bekerja sama dalam isu konkrit terkait umat manusia. MHM concern dengan isu perubahan iklim,”pungkasnya.
Direktur MHM kantor cabang Indonesia Muchlis M Hanafi menggarisbawahi sejumlah aksi lokal yang dilakukan untuk membangun kesadaran masyarakat yang mengedepankan semangat persaudaraan. MHM berupaya menjelaskan tentang praktik baik toleransi di Indonesia. Menurut Muchlis, Zayed Award for Human Fraternity yang diberikan kepada NU dan Muhammadiyah pada Februari 2024 menjadi bentuk pengakuan atas praktik baik Indonesia.
“Para tokoh agama dunia melihat praktik baik toleransi di Indonesia, tentang peran lembaga keagamaan dalam membangun masyarakat yang damai dan itu direpresentasikan oleh NU dan Muhanmadiyah,”tutup Muchlis.
Sekadar diketahui, Majelis Hukama Muslimin (MHM) merupakan sebuah lembaga lintas negara yang bersifat independen, didirikan pada 2014 di Abu Dhabi. MHM memiliki tujuan mempromosikan perdamaian dan kehidupan damai pada masyarakat muslim dan masyarakat nonmuslim, menyebarkan dan menguatkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan koeksistensi (hidup berdampingan secara rukun dan damai). Sejak 2021, telah dibuka MHM kantor cabang Indonesia, yang diawali sebagai kantor virtual dan selanjutnya diresmikan berkantor di Jakarta pada Oktober 2023.
(Fahmi Firdaus )