JAKARTA - Sampah tetap menjadi persoalan besar bagi Jakarta. Setiap hari, kota ini mengirimkan sekitar 6.000 ton sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat. Dampaknya, Jakarta harus mengalokasikan dana yang cukup besar dalam anggaran pengelolaan sampah, dengan biaya tipping fee yang mencapai sekitar Rp379 miliar per tahun.
Jakarta membayar sekitar Rp114.000 per ton untuk biaya tipping kepada Bekasi, yang terus membebani anggaran kota.
Timbal balik dari tingginya volume sampah ini terlihat jelas dengan timbulan sampah DKI Jakarta yang mencapai lebih dari 8.600 ton per hari (Jakita 2024). Sumber utama sampah Jakarta terdiri dari kawasan permukiman sebesar 61%, kawasan komersial di angka 28%, dan fasilitas publik sebesar 11%.
Meskipun Pemprov DKI Jakarta telah berinisiatif untuk membangun dua incinerator sebagai bagian dari solusi pengelolaan sampah, proyek ini belum juga terwujud sejak pertama kali diusulkan pada 2017.
Dalam debat ketiga Pilgub Jakarta yang berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/11/2024), pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono, mengungkapkan komitmennya untuk mengatasi masalah sampah di ibu kota.
"Kami akan mengatasi permasalahan sampah melalui pengelolaan berkelanjutan mulai dari hulu sampai hilir," kata Suswono dengan tegas.
Menurutnya, langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran warga mengenai pentingnya pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. "Yang diutamakan adalah bagaimana membangun budaya zero waste. Inilah yang saya kira perlu ditekankan kepada setiap rumah tangga," ungkapnya.