MALANG - Satu petugas Linmas Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pilkada 2024 di Kota Malang meninggal dunia. Petugas bernama Suyono (54) itu menghembuskan napas terakhirnya di RSUD Kota Malang, setelah dilarikan darı TPS 04 Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, saat ia berjaga.
Istri korban Dwi Andriningtyas menyatakan, suaminya memang sejak lama memiliki riwayat penyakit diabetes dan sesak napas. Kondisi itu diperparah dengan kerja keras suaminya siang dan malam, sebelum Pilkada serentak berlangsung.
"Mulai hari Minggu sudah nggak enak badan katanya, cuma bilang nggak enak badan, nggak cerita keluhannya, tapi tetap kerja tetap masuk, tetap tugas, ucap Dwi Andriningtyas, ditemui di rumah duka, pada Jumat (29/11/2024).
Dwi berujar, sehari-hari suaminya itu memang pekerja keras. Saat siang hari Suyono, anak pertama dari empat bersaudara itu menjadi tukang ojek, sedangkan saat malam hari menjadi sekuriti di salah satu kompleks perumahan di dekat rumahnya.
"Saya sempat melarang berangkat waktu Rabu itu, karena posisinya sudah tidak fit, lemas, napasnya tersengal-sengal sesak sepertinya," ucap Dwi.
Tapi larangan itu tak membuat suaminya urung berangkat. Justru Suyono mengucapkan, karena sudah diberikan tugas tanggungjawab, maka dirinya mau tidak mau harus berangkat untuk menuju TPS 04, tempatnya bertugas.
"Tetap ngotot mau berangkat, memaksakan berangkat, (bilangnya) ini sudah tanggungjawab dan tidak bisa diwakilkan," kata Dwi sambil menirukan pesan terakhir suaminya.
Selama hidupnya almarhum disebut Dwi memang cukup disiplin dan aktif, secara prinsip Suyono cukup memegang erat teguh prinsip. Hal ini pula yang membuatnya tak bisa berbuat banyak ketika suami dengan empat orang anak itu, memaksakan tetap bertugas di TPS di hari H Pilkada.
"(Pemeriksaan kesehatan sebelum betugas di TPS) Sudah, cuma mungkin kelelahan," ungkapnya.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Malang Iwan Kurniawan menjelaskan, Suyono sempat diperiksa oleh petugas medis yang disiagakan setiap lima TPS. Dari hasil pemeriksaan awal memang penyakit komorbid diabetes, dan kadar gula tinggi yang membuat nyawanya tak tertolong, meski seminggu sebelum bertugas Suyono, Linmas dan beberapa penyelenggara Pilkada lain sudah diperiksa kesehatannya.
"Memang sering terjadi saat itu sehat tapi pada saat volume pekerjaan tinggi, udara cuaca, kemudian waktu selama bekerja, itu bisa membuat kita sehat sekarang, tiba-tiba satu dua hari kondisi tidak baik, tapi kita memang memaksakan untuk bertugas, karena itu tugas akhirnya menjadi drop itu yang terjadi," kata Iwan Kurniawan, saat takziah ke rumah duka keluarga.
Di kesempatan itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang juga menyerahkan santunan sebesar Rp42 juta dari BPJS Ketenagakerjaan, yang dicairkan. Asuransi itu merupakan bagian perlindungan kepada penyelenggara Pilkada dan Linmas, yang bertugas.
"Alhamdulillah setelah bekerjasama, dengan bantuan pak camat, kawan BPJS, pak lurah, bisa keluar hari ini (asuransi) sebesar Rp42 juta. Kemudian, juga ada dukungan dari Baznas, ya untuk keluarga, yang tadi juga secara langsung disampaikan oleh Baznas Kota Malang," paparnya.
Saat ini, Pemkot Malang tengah mengkaji beban darı keluarga Suyono, sebab dari empat orang anaknya, dua anak masih menempuh pendidikan di kelas 5 SD dan kelas II SMP. Pihaknya berencana akan memberikan bantuan pendidikan, dan bedah rumah melihat kondisi rumah keluarga korban yang dianggap kurang layak. Tapi secara teknis terlebih dahulu mengkaji mekanismenya dengan instansi, apalagi keluarga Suyono juga merupakan penerima Program Keluarga Harapan (PKH).
"Akan kami koordinasikan dengan teknis dulu dengan dinas pendidikan, mudah-mudahan kami akan berikan atensi itu nanti gimana, posisinya harus diskusi, karena saat ini kondisinya seperti apa, karena infonya masuk juga PKH," pungkasnya.
(Arief Setyadi )