Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Tragedi Perang Bubat Majapahit Dipicu Kaum Menak yang Ingin Pesta

Solichan Arif , Jurnalis-Selasa, 17 Desember 2024 |06:06 WIB
Tragedi Perang Bubat Majapahit Dipicu Kaum Menak yang Ingin Pesta
Ilustrasi Perang Bubat (Foto: Ist)
A
A
A

Namun, sikap berbeda diperlihatkan oleh sejumlah kaum Menak (Bangsawan Sunda) lainnya. Mereka menolak persembahan, dan karenanya ingin digelar pesta pernikahan.

Mereka menyatakan siap berperang sampai titik darah penghabisan demi mempertahankan martabat kerajaan Sunda Galuh. Sikap Maharaja Linggabuana pun goyah.

Melihat itu Gajah Mada melaporkan kepada Bhre Prameswara atau Bhre Wengker dan dijawab Majapahit siap berperang. Pasukan Majapahit pun melakukan pengepungan, dan perang yang mengakibatkan tewasnya Raja Sunda beserta istri dan seluruh kaum menak tidak terelakkan.

Penyatuan kerajaan Sunda dan Majapahit melalui pernikahan itu pun gagal. Raja Hayam Wuruk kemudian menikah dengan Padaka Sori, putri Bhre Prameswara.  

Serat Pararaton selanjutnya hanya menuliskan, pasca Perang Bubat, Gajah Mada beristirahat dari jabatannya sebagai Mahapatih Majapahit yang diampunya selama 11 tahun.

Tidak ada catatan yang menyebut pasca peristiwa itu terjadi ketegangan sosial antara orang Sunda dan orang Majapahit yang direpresentasikan sebagai orang Jawa.

Kitab Carita Pahrayangan (1508) sebagai sumber Sunda juga tidak mencatat hal itu. Bahkan, dalam Carita Pahrayangan hanya menuliskan adanya peristiwa Perang Bubat.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement