"Saya tidak dapat memikirkan alasan apa pun untuk terpaksa melakukan pendaratan seperti ini," kata pakar keselamatan penerbangan John Nance sebagaimana dilansir Reuters.
Mantan pilot militer dan komersial itu mengatakan bahwa kecepatan pesawat yang terlihat dalam video menunjukkan bahwa pilot tidak atau tidak dapat mengambil langkah untuk memperlambat pesawat.
Penyelidik tengah memeriksa dugaan tabrakan burung sebagai penyebab terjadinya kecelakaan tragis ini. Penyelidik juga memeriksa apakah ada sistem kendali pesawat yang dinonaktifkan, dan tergesa-gesanya pilot untuk mencoba mendarat segera setelah mengumumkan keadaan darurat.
Pejabat Kementerian Perhubungan mengatakan bahwa saat pilot melakukan pendekatan untuk mendarat sesuai jadwal, mereka memberi tahu pengawas lalu lintas udara bahwa pesawat telah menabrak burung. Pilot kemudian mengeluarkan peringatan Mayday dan mengisyaratkan niat mereka untuk membatalkan pendaratan dan mencoba lagi.
Tak lama kemudian, pesawat jatuh di landasan pacu dengan posisi perut, menyentuh tanah sekira 1.200 meter di sepanjang landasan pacu 2.800 meter dan meluncur ke tanggul di ujung landasan pendaratan.
Pesawat Boeing 737-800 Jeju Air yang mengalami kecelakaan diketahui diproduksi pada 2009, yang berarti usianya telah mencapai 15 tahun. Meski begitu, pengamat mengatakan bahwa desain dan perawatan pesawat ini kemungkinan bukan merupakan salah satu factor penyebab kecelakaan.