Hingga terungkap sejumlah kejanggalan saat keduanya telah menikah. Korban tidak pernah ke rumah orangtuanya dan tak pernah memberitahu di mana tempat tinggalnya.
Pihak keluarga baru mengetahui mereka tinggal di Tagog Padalarang, yang tidak jauh dari rumah orangtua. Chat dari keluarga bahkan orangtua jarang dibalas. Kalau pun dibalas, setelah beberapa hari kemudian, padahal orangtua selalu menanyakan kabar.
“Adik saya beberapa kali leave group keluarga, Tapi saya selalu invite kembali, dia tidak pernah komen apapun di group,” tulis akun tersebut.
Seiring waktu, sekeluarga diblok di Whastapp dan telepon oleh korban dan istrinya sehingga putus kontak. Akhirnya, pihak keluarga datang ke kantornya untuk memberikan handphone kepada korban untuk berkomunikasi.
“Sebenarnya adik saya di bawah tekanan dan takut untuk membuka blokiran no HP keluarga, di buka blokirannya setelah kemarin di kantor polisi,” tuturnya.
Setelah sekitar 5-6 bulan tidak ada kabar akhirnya pihak keluarga dapat kabar dari rekan kerja korban dinas tempatnya bekerja. Selama, ini korban selalu ada luka lebam, cakaran, dan sering terlambat.
Pihak keluarga juga berterima kasih rekan-rekan kerja korban yang telah membantu adiknya. Sementara itu, terduga pelaku, kepolisian dan dinas tempat kerja korban belum memberikan komentar kepada awak media mengenai kabar viral tersebut.
(Arief Setyadi )