Hal ini bertujuan agar tidak ada pasukan yang dapat dikirim ke sana. Di dalam surat, kedua tumenggung tersebut diminta untuk menyampaikan ini ke hadapan Sultan Yogyakarta dan Raden Ronggo meminta agar sultan mendukung usaha ini.
Pada perjalanan menuju Madiun, Raden Ronggo sempat membakar dan menjarah beberapa desa kekuasaan Solo. Dia juga menyerukan agar semua orang Jawa dan orang Tionghoa, menggulingkan otoritas Eropa bersamanya dan juga menghancurkan Surakarta.
Lebih dari itu, dia juga menyematkan gelar "Susuhunan Prabu Ingalaga" kepada dirinya. Setelah menyatakan itu, dia memimpin dengan payung yang diperada emas dan mengangkat beberapa bupati, termasuk Bupati Purwodadi sebagai pangeran.
Tinjauan peristiwa - peristiwa penting tadi mencatat bahwa timbul kekecewaan yang besar dalam diri sultan dari peristiwa tidak terduga itu. Tindakan pemberontakan yang dianggap oleh Raden Ronggo III membuat Sultan Yogya marah.
Sultan Yogya itu menyampaikan rasa cemasnya pada marsekal dan pemerintah kolonial Eropa-sekaligus menyatakan ketidakbersalahan dirinya. Tindakan ini segera diikuti dengan sebuah kesepakatan bersama Menteri (Residen) Pieter Engelhard tentang langkah-langkah efektif yang harus dilakukan selanjutnya.
Pertemuan pun digelar antara Keraton Yogyakarta dan Belanda. Dari pertemuan itu diputuskan bahwa Raden Ronggo Prawirodirjo III akan ditangkap. Kesiapan pasukan pun dilakukan, baik dari Kesultanan Yogyakarta maupun dari Belanda.
(Awaludin)