Sebuah F-35A milik Angkatan Udara Jepang jatuh di Samudera Pasifik di lepas pantai utara Jepang. Selama latihan, tiga unit jet F-35A lainnya dinyatakan hilang. Pilot tersebut tewas dalam kecelakaan tersebut dan mayatnya ditemukan beberapa bulan kemudian.
Sebuah jet tempur F-35B milik militer AS jatuh saat melakukan pelatihan penerbangan. Kecelakaan itu terjadi di pesisir Carolina Selatan, dan sang pilot dikabarkan selamat. Penyebab kecelakaannya adalah cacat produksi, yang menyebabkan tabung bahan bakar mesin pecah selama penerbangan.
Menurut laporan yang dirilis tahun lalu oleh Direktur Uji Operasional dan Evaluasi AS, jet tempur F-35 Lockheed Martin menghadapi masalah terus-menerus terkait keandalan, pemeliharaan, dan ketersediaan, pesawat ini hanya siap untuk misi 51% dari waktu, dan tidak mencapai target 65%.
Dilansir dari Anadolu, laporan yang dirilis pada Januari 2024 menyatakan bahwa "Kesesuaian operasional armada F-35 masih di bawah harapan dan persyaratan layanan."
Selain itu, disebutkan bahwa F-35 terus-menerus tidak memenuhi standar keandalan dan pemeliharaan yang tercantum dalam Dokumen Persyaratan Operasional.
Selain itu, laporan yang dirilis pada April tahun lalu oleh Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS menunjukkan bahwa "biaya untuk mempertahankan armada F-35 terus meningkat, dari USD1,1 triliun pada tahun 2018 menjadi USD1,58 triliun pada tahun 2023."
Dikatakan bahwa Departemen Pertahanan AS "berencana untuk menerbangkan F-35 lebih sedikit dari perkiraan awal, sebagian karena masalah keandalan pesawat tersebut."
“Kemampuan F-35 untuk melaksanakan misinya juga mengalami tren penurunan selama 5 tahun terakhir,” tambah laporan itu.
(Rahman Asmardika)