Mengenai lokasi tepatnya benteng di Kartoharjo itu konon belum sepenuhnya jelas. Diard, yang tampaknya me-miliki wewenang sehingga dapat memberi perintah kepada Marnitz, memerintahkan letda tersebut untuk membangun benteng dengan dua bastion, satu di sudut utara dan satu lagi di sudut selatan, agar jangkauan meriam benteng dapat menjangkau sepanjang jalan yang menuju ke Ponorogo dan juga mengawasi rumah bupati dan pasar.
Selain di dalam ibu kota Madiun, pekerjaan juga dilakukan untuk memperbaiki benteng di Ngawi. Pada Januari 1828, benteng itu dikepung musuh dari tiga arah setelah para pasukan Pangeran Diponegoro yang disebut Belanda dan beberapa kaum pribumi pro Belanda, sebagai pemberontak yang membakar semua desa di sekitar benteng.
(Arief Setyadi )