WASHINGTON - Sekelompok negara Arab telah menolak usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke negara tetangga Mesir dan Yordania.
Pekan lalu, Trump mengklaim bahwa Gaza telah berubah menjadi "situs pembongkaran" akibat pertempuran antara Israel dan kelompok bersenjata Palestina Hamas, dan bahwa solusi terbaik adalah "membersihkan seluruh tempat itu". Ia berjanji untuk "terlibat dengan beberapa negara Arab dan membangun perumahan (untuk populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta) di lokasi lain di mana saya pikir mereka mungkin bisa hidup dengan damai untuk perubahan". Menurut Trump, relokasi tersebut "bisa bersifat sementara" atau "jangka panjang."
Setelah pertemuan para diplomat tinggi di Kairo pada Sabtu, (31/1/2025) Mesir, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Otoritas Palestina, dan Liga Arab mengeluarkan pernyataan bersama, yang mengatakan bahwa mereka "dengan tegas menolak... pemindahan warga Palestina melalui pengusiran langsung atau migrasi paksa". Pernyataan tersebut menekankan bahwa tindakan-tindakan ini akan “mengancam stabilitas kawasan, berisiko memperluas konflik, dan merusak prospek perdamaian dan koeksistensi di antara rakyatnya,” demikian dilansir RT.
Negara-negara Arab mengatakan mereka berharap dapat bekerja sama dengan Trump untuk "mencapai perdamaian yang adil dan menyeluruh di Timur Tengah, berdasarkan solusi dua negara" antara Israel dan Palestina.
Mereka juga meminta masyarakat internasional untuk membantu rencana rekonstruksi menyeluruh bagi Gaza guna memastikan bahwa warga Palestina tetap berada di sana.
Pekan lalu, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menekankan bahwa relokasi warga Palestina "tidak boleh ditoleransi atau diizinkan". Menteri luar negeri Yordania, Ayman Safadi, juga menyatakan penolakan "tegas dan tak tergoyahkan" negaranya terhadap langkah tersebut.
Tak lama setelah eskalasi antara Israel dan Hamas pada Oktober 2023, pemerintahan Presiden AS sebelumnya Joe Biden menyarankan agar Mesir menerima warga Palestina dari Gaza, tetapi negara-negara Arab menolak gagasan tersebut.
Sekira 47.500 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 111.500 terluka selama 15 bulan serangan Israel di Gaza, menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan daerah kantong itu. Data PBB menunjukkan bahwa 90% penduduk Gaza telah mengungsi akibat pertempuran.
Israel memulai operasi militernya di Gaza sebagai tanggapan atas serangan lintas perbatasan oleh Hamas, yang menewaskan sekira 1.200 orang dan menahan 250 lainnya. Gencatan senjata yang ditengahi AS saat ini sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, dengan pertukaran tahanan yang sedang berlangsung. Pihak berwenang Israel mengatakan bahwa 79 sandera masih berada di Gaza, 35 di antaranya diduga tewas.
(Rahman Asmardika)