Kesepakatan tersebut, setidaknya untuk saat ini, mencegah terjadinya perang dagang antara AS dengan dua negara tetangganya, yang menurut para ekonom akan merusak ekonomi semua pihak yang terlibat dan menyebabkan harga yang lebih tinggi bagi konsumen.
Setelah berbicara melalui telepon dengan kedua pemimpin, Trump mengatakan bahwa ia akan mencoba untuk menegosiasikan perjanjian ekonomi selama bulan mendatang dengan dua mitra dagang terbesar AS, yang ekonominya telah terjalin erat dengan Amerika Serikat sejak kesepakatan perdagangan bebas yang penting dicapai pada 1990-an.
Meski Trump telah menunda tariff untuk Kanada dan Meksiko, tarif menyeluruh sebesar 10% yang diumumkan untuk China akan tetap akan berlaku mulai Selasa. Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan Trump tidak akan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping hingga akhir minggu ini.
Trump memperingatkan bahwa ia mungkin akan menaikkan tarif lebih lanjut terhadap Beijing.
"China diharapkan akan berhenti mengirim fentanil kepada kami, dan jika tidak, tarif akan naik jauh lebih tinggi," katanya, sebagaimana dilansir Reuters.
China menyebut fentanil sebagai masalah Amerika dan mengatakan akan menentang tarif di Organisasi Perdagangan Dunia (WHO) dan mengambil tindakan balasan lainnya, tetapi juga membiarkan pintu terbuka untuk perundingan.
Trump mengisyaratkan pada Minggu, (2/2/2025) bahwa Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara akan menjadi target berikutnya dari tarif AS, tetapi tidak mengatakan kapan.
Para pemimpin Uni Eropa dalam pertemuan puncak informal di Brussels pada Senin mengatakan bahwa Eropa akan siap untuk melawan jika AS mengenakan tarif, tetapi juga menyerukan alasan dan negosiasi. AS adalah mitra dagang dan investasi terbesar Uni Eropa.