JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) mengirim 1.000 dai/daiyah dari berbagai daerah di Indonesia ke wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), wilayah khusus, hingga luar negeri. Kegiatan ini untuk menyambut Ramadan 2025.
Menteri Agama Nasaruddin Umar, berpesan agar para dai selalu menjaga sikap rendah hati dalam berdakwah. Ia mengingatkan bahwa dakwah bukan ajang mencari popularitas, melainkan bentuk pengabdian kepada umat.
"Orang yang puas dengan pujian sudah selesai, tetapi mereka yang terus dikritik akan berkembang. Jangan mencari popularitas di tempat tugas," ujarnya dikutip, Kamis (27/2/2025).
Nasaruddin juga menekankan pentingnya menjaga wudu sebagai bentuk penyucian diri. Menurutnya, setiap tetesan air wudu dapat menghapus dosa-dosa masa lalu. Ia pun mengingatkan para dai agar tidak melupakan orang tua dalam doa mereka.
"Ananda sekalian, tolong doakan orang tua. Anda tidak akan menjadi seperti ini tanpa mereka. (Jangan sampai) sibuk memimpin doa untuk orang lain, tetapi lupa mendoakan orang tua sendiri. Ziarahi makam ibu dan bapak. Cium, jangan hanya tangannya, tapi juga kakinya," pesannya.
Selain itu, ia menganjurkan para dai untuk memperbanyak ibadah sunnah, seperti membaca surah Al-Kahfi, Yasin, Ar-Rahman, dan Al-Mulk, serta menjalankan salat sunnah, termasuk salat tasbih di tengah malam.
Pengiriman dai ke wilayah 3T merupakan program tahunan Kemenag yang telah berjalan sejak 2021 setiap Ramadan.
Kemenag juga memperluas akses layanan keagamaan bagi diaspora Indonesia di luar negeri dengan mengirim lima dai ke Australia, Jerman, dan Selandia Baru. Para pendakwah yang ditugaskan di luar negeri merupakan peraih juara MTQ tingkat nasional.
Sementara itu, Direktur Jenderal Bimas Islam Abu Rokhmad menjelaskan, saat ini, dibutuhkan para pendakwah yang mampu mengajak masyarakat untuk membangun negara.
"Negara membutuhkan tangan-tangan kreatif dan niat baik para dai. Bantu negara ini dengan mengajak masyarakat bekerja keras sesuai bidangnya," ujar Abu.