JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak seluruh umat islam memperbanyak kebaikan di bulan suci Ramadhan dengan cara peduli terhadap sesama. Adapun pemerintah telah menetapkan awal puasa jatuh pada 1 Maret 2025.
Ketua MUI KH Abdullah Jaidi mengingatkan bahwa dalam pelaksanaan bulan Ramadan ini perlu kita landasi dengan kesalehan ibadah dan kesalehan sosial. Contoh kecil bentuk kepedulian sosial itu bisa diwujudkan dengan cara memberikan santapan buka puasa.
"Di sela-sela ibadah puasa itu masih banyak saudara-saudara kita yang memerlukan sentuhan bantuan dari kita, baik mereka yang melaksanakan puasa dengan iftar puasa dengan buka puasa ataupun saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan-bantuan yang lain," kata Abdullah di Kantor Kementerian Agama, Jumat (28/2/2025).
"Sehingga marilah kita wujudkan kesalehan ibadah dan kesalehan sosial kita dalam kehidupan," tambahnya.
Selain itu, dia juga meminta agar umat islam tetap menggalang persatuan demi mewujudkan kehidupan yang harmonis selama bulan suci ramadhan.
"Tentunya marilah kita tetap menggalang persatuan dan kesatuan di antara kita dalam rangka mewujudkan kehidupan kita sehingga terjalin satu silaturahim silaturahmi yang baik di antara kita sesama anak bangsa," tuturnya.
Dia berharap bulan Ramadan tahun ini bisa berjalan dengan baik dan tentunya seluruh masyarakat Indonesia diberikan kemampuan melaksanakan ibadah puasa oleh Allah SWT.
Adapun, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar telah menetapkan awal puasa 1 Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Dimana, hilal terlihat di wilayah Provinsi Aceh.
“Pada malam ini diputuskan dalam sidang bahwa 1 Ramadan ditetapkan besok Insya Allah tanggal 1 Maret 2025, bertepatan 1 Ramadan 1446 Hijriyah,” ujar Menag saat Konferensi Pers di Kantor Kemenag, Jakarta, Jumat (28/2/2025).
Menag pun mengatakan bahwa hilal di Aceh telah disampaikan oleh saksi dan disumpah di depan Hakim Agama setempat. Hilal ini pun disampaikan oleh Direktur Bimas Islam saat pelaksanaan sidang isbat yang dilakukan secara tertutup.
“Dan hilal terlihat sebagaimana laporan saudara Direktur Jenderal Bimas Islam tadi, dan ternyata ditemukan hilal di Provinsi paling barat di Aceh, sudah disumpah juga oleh Hakim dengan demikian 2 orang yang menyaksikan hilal itu ditambah dengan pengukuhan oleh Hakim Agama setempat,” katanya.
Menag pun mengatakan bahwa sesuai dengan kondisi objektif hilal pada malam ini memang dari Indonesia bagian Timur, Tengah sampai bagian Barat di ekor pulau Jawa itu tidak dimungkinkan untuk bisa menyaksikan hilal, imkanurrukyat.
“Maka itu kita terpaksa harus menunggu sampai wilayah yang paling barat di Aceh karena hanya itu yang memenuhi persyaratan imkanurrukyat dilihat dari sudut elongasi dan dilihat dari segi ketinggian hilal,” jelasnya.
“Nah, sesuai dengan laporan tadi bahwa ketinggian hilal di seluruh Indonesia itu antara 3 derajat 5,91 menit hingga 4 derajat 40,96 menit. Sudut elongasi 4 derajat 47,3 menit hingga 6 derajat 24,14 menit,” jelasnya.
Artinya, ketinggian hilal telah sesuai kriteria yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Dimana, imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
(Angkasa Yudhistira)