Lain daripada itu Adityawarman dari pihak ibunya adalah saudara sepupu Sri Jayanagara. Tidaklah mengherankan bahwa ia mendapat kedudukan baik dalam pemerintahan ketika Jayanagara menjadi raja di Majapahit. Anehnya bahwa namanya tidak tercantum pada Prasasti Sidateka, bertarikh 1323 yang menyebut berbagai pembesar Kerajaan Majapahit pada zaman pemerintahan Sri Jayanagara.
Ada kemungkinan ketidakhadiran Adityawarman pada upacara peresmian anugerah tanah swatantra Tuhanyaru disebabkan karena ia dikirim ke negeri Cina. Dalam Sejarah Dinasti Yuan dinyatakan bahwa utusan Jawa bernama Seng-k'ia- lia-yulan berpangkat menteri, datang di istana kaisar pada tahun 1395.
Nama Sengk'la-lia-yu-lan sendiri dapat diidentifikasikan dengan Sang Adityawarman. Dari pernyataan itu nyata bahwa pada masa pemerintahan Sri Jayanagara, Adityawarman telah memegang jabatan tinggi dalam pemerintahan. Dua kali Adityawarman dikirim ke Istana kaisar, yang pertama berlangsung pada tahun 1325 pada masa pemerintahan Sri Jayanagara, yang kedua berlangsung pada tahun 1332 pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani.
Dua kali nama Adityawarman disebut pada prasasti yang dikeluarkan oleh Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani, yakni pada prasasti Blitar, tahun 1330 dan pada prasasti OJO LXXXIV (D 38) tanpa tarikh. Pada prasasti Blitar tercatat nama Arya Dowaraja Pu Aditya. Demikian pula pada prasasti OJO LXXXIV.
Pada prasasti OJO LXXXIV itu dinyatakan dengan jelas bahwa Pu Aditya berpangkat wrěddha mantri atau mantri sepuh. Kedudukan wrěddha mantri pada zaman Majapahit adalah kedudukan yang sangat tinggi; biasa disebut sesudah sang panca ri Wilwatikta yakni; patih, demung, kanuruhan, rangga dan tumenggung.
(Khafid Mardiyansyah)