Inilah yang menyebabkan buah ini kadang dikira sebagai asal-usul nama Majapahit. Tetapi, maja-berenuk baru masuk ke Indonesia pada zaman kolonial, dibawa orang-orang Portugis dan Belanda dari Amerika tropis. Maka, Arya Wirarāja segera mengirimkan orang-orang Madura untuk membuka hutan tersebut menjadi permukiman.
Itu artinya, buah maja yang menjadi asal-usul nama Majapahit tentunya bukan maja-berenuk, melainkan maja-bael yang berasal dari Asia selatan. Namun, buah maja-bael justru memiliki rasa yang manis dan bunganya berbau harum. Dalam bahasa Sanskerta, maja-bael disebut dengan bilwa, yang dipercaya sebagai buah kesayangan Dewa Śiwa.
Itulah sebabnya Kota Majapahit kelak disebut juga dengan istilah Wilwatiktapura, yang berasal dari kata bilwa (maja), tikta (pahit), dan pura (kota). Dari keterangan di atas, kiranya kita dapat merekonstruksi alur ceritanya ada seorang Madura yang kehabisan bekal dan merasa lapar.
Kebetulan ia menemukan buah maja-bael (bilwa) di tengah hutan. Pada umumnya maja-bael manis rasanya. Maka, tanpa pikir panjang, orang itu langsung memakannya. Di luar dugaan, entah mengapa buah maja yang ia lahap ternyata pahit rasanya, bahkan membuatnya mabuk dan muntah-muntah, sebagaimana dari Kidung Rangga Lawe.