Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

DPR Soroti Kericuhan di Acara Job Fair: Cermin Rakyat Butuh Pekerjaan! 

Achmad Al Fiqri , Jurnalis-Senin, 02 Juni 2025 |17:25 WIB
DPR Soroti Kericuhan di Acara Job Fair: Cermin Rakyat Butuh Pekerjaan! 
Kericurhan mewarnai bursa kerja yang digelar oleh Disnaker Kabupaten Bekasi di Gedung Presiden University Cikarang Utara Jawa Barat (foto: dok medsos)
A
A
A

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi menilai, kericuhan yang terjadi dalam acara job fair yang diselenggarakan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi di Cikarang, Jawa Barat, merupakan bentuk mendesaknya kebutuhan rakyat terhadap pekerjaan.

Nurhadi menyayangkan kericuhan di acara job fair itu hanya karena peserta berebut scanner kode QR, yang berisi daftar perusahaan pembuka lowongan kerja. Ia menilai, insiden tersebut menunjukkan ketidaksiapan manajerial Pemerintah dalam menangani animo masyarakat yang tinggi terhadap akses kerja. 

“Kejadian ini mencerminkan betapa mendesaknya kebutuhan masyarakat terhadap pekerjaan, sekaligus buruknya mekanisme teknis yang diterapkan panitia,” kata Nurhadi, Senin (2/6/2025).

Seharusnya, kata Nurhadi, Pemerintah setempat bisa mengantisipasi lonjakan peserta. "Manajemen alur peserta, distribusi informasi digital, dan pemecahan titik lokasi acara sudah menjadi standar minimum dalam penyelenggaraan job fair berskala besar. Apalagi di tengah badai PHK seperti ini," katanya.

Lebih lanjut, Nurhadi menilai, Pemerintah Daerah (Pemda) sadar bahwa job fair bukan sekadar ajang seremonial tahunan, melainkan representasi dari masalah besar bernama pengangguran struktural. Oleh karenanya, ia menyebut pendekatannya tidak bisa hanya tentang administratif atau event-based semata. 

"Lebih dari 25 ribu pencari kerja memadati satu titik lokasi, insiden saling dorong hingga ada yang pingsan menjadi bukti bahwa sistem, dan perencanaan acara belum sensitif terhadap realita di lapangan," terang Nurhadi. 

 

Dalam konteks Kabupaten Bekasi yang merupakan salah satu kawasan industri terbesar di Asia Tenggara, Nurhadi pun menilai Pemda perlu menegaskan tanggung jawab perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayahnya. 

Menurutnya, perusahaan yang menempati kawasan industri di Bekasi serta mendapat insentif, kemudahan, dan manfaat dari keberadaan di wilayah ini harus didorong agar ikut berkontribusi nyata dalam membuka dan menyerap tenaga kerja lokal.

“Perusahaan yang beroperasi di kawasan industri Bekasi tidak boleh hanya menikmati fasilitas, tetapi juga wajib menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar," ucap Nurhadi. 

"Pemerintah harus memastikan ada regulasi yang mengikat, dan mendorong keterlibatan aktif sektor industri dalam mengurangi angka pengangguran,” sambungnya.

Di sisi lain, Nurhadi meminta Pemerintah untuk mengevaluasi ketersediaan dan kesesuaian lapangan kerja dengan profil keterampilan para pencari kerja. Jika mismatch terlalu tinggi, ia menyebut Pemerintah perlu memperbanyak pelatihan vokasional, dan bimbingan karier.

“Termasuk sinergi dengan dunia usaha harus lebih ditekankan lagi. Kita tidak bisa membiarkan ribuan warga terus mengantre hanya demi men-scan QR,” tegas Nurhadi.

 

Nurhadi meminta Pemerintah hadir dengan perencanaan yang lebih manusiawi, adil, dan berbasis data. “Pencari kerja tidak boleh menjadi korban dari manajemen buruk," ujar Nurhadi. 

Menurutnya, hal ini penting mengingat fenomena badai pemutusan hubungan kerja (PHK) berkorelasi dengan besarnya animo masyarakat terhadap peluang akses mendapat pekerjaan. Termasuk, kata Nurhadi, melalui ajang seperti job fair.

"Dengan angka pengangguran yang masih tinggi dan keresahan sosial yang mulai terlihat dalam bentuk kericuhan seperti ini, job fair ke depan tidak boleh lagi menjadi simbol kepanikan kolektif,” tuturnya.

“Job fair harus menjadi jalan keluar nyata menuju pekerjaan yang layak, aman, dan bermartabat. Bukan cuma seremonial,” pungkas Nurhadi.

Seperti diketahui, acara Job Fair yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Bekasi di Gedung Convention Center Presiden University, Jababeka, Selasa (27/5/2025), membludak dan berujung ricuh. Pencari kerja yang diprediksi mencapai 25 ribu orang memadati halaman gedung, namun kuota lowongan tersedia hanya sebanyak 3.000. 

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) sendiri telah membantah, membludaknya pencari kerja di Bekasi sebagai potret sulitnya mencari pekerjaan. Pihak Kemenaker menilai hal itu lebih kepada tingginya animo masyarakat terhadap lowongan pekerjaan.
 

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement