Karenanya, rombongan Kerajaan Sunda itu mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka sebagai pengantin, bukan sebagai tanda takluk Sunda atas superioritas Majapahit. Menurut Kidung Sunda, Hayam Wuruk disebutkan bimbang atas permasalahan itu, mengingat Gajah Mada adalah Patih yang sangat diandalkan.
Kemudian terjadilah insiden antara utusan Prabu Maharaja Linggabuana Wisesa dengan Gajah Mada. Perselisihan berakhir dengan dicaci-makinya Gajah Mada oleh utusan Kerajaan Sunda yang terkejut kedatangan mereka sekadar untuk menyerahkan tanda takluk atau mengakui superioritas Majapahit, dan bukan karena undangan sebelumnya.
Para pemimpin yang terdiri dari Larang Agung, Tuan Sohan, Tuan Gempong, Panji Melong, orang Pangulu, orang saya, Rangga Kaweni, Orang Siring, Sutrajali dan Jagatsaya naik pitam ketika mengetahui niat Gajah Mada itu. Akhirnya mereka melakukan perlawanan terhadap pasukan Majapahit.
(Angkasa Yudhistira)