Menurut Kementerian Pertahanan Israel, Israel Katz, penyiar tersebut secara khusus menjadi sasaran serangan tersebut. "Propaganda dan corong hasutan Iran sedang dalam proses menghilang," katanya sesaat sebelum serangan, seperti dilansir Jerusalem Post.
Teheran telah mencap serangan terhadap penyiar tersebut sebagai "kejahatan perang".
“Dewan Keamanan PBB harus bertindak sekarang untuk menghentikan agresor genosida melakukan kekejaman lebih lanjut terhadap rakyat kita," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Esmaeil Baqaei mengenai insiden tersebut.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) juga mengutuk serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka "terkejut" oleh tindakan Israel. "Pertumpahan darah ini harus segera diakhiri," kata LSM yang berkantor pusat di New York tersebut dalam sebuah posting di X.
Serangan terhadap jurnalis merupakan salah satu metode perang Israel, seperti yang dilakukan militer zionis di Gaza. Israel secara sistematis menargetkan dan membunuh para jurnalis di Gaza, dan melarang masuknya para peliput asing ke daerah kantong tersebut.
Pada Jumat, (13/6/2025) Israel melancarkan serangkaian serangan udara terhadap Iran, termasuk satu serangan yang menargetkan pusat pengayaan uranium di Natanz dan serangan lainnya yang menewaskan beberapa komandan militer senior dan ilmuwan. Iran membalas dengan menembakkan puluhan rudal balistik ke Israel. Kedua belah pihak telah saling serang sejak saat itu.
(Rahman Asmardika)