Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Operasi Militer Israel Akan Targetkan Dua Benteng Terakhir Hamas di Gaza

Rahman Asmardika , Jurnalis-Senin, 11 Agustus 2025 |10:50 WIB
Operasi Militer Israel Akan Targetkan Dua Benteng Terakhir Hamas di Gaza
Ilustrasi. (Foto: EPA)
A
A
A

JAKARTA – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu (10/8/2025) berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjelang rencana operasi militer Israel untuk menguasai Gaza. Washington telah memberikan dukungan kepada Israel untuk menjalankan rencana tersebut, meski sebagian besar negara dunia mengecamnya.

Pada hari yang sama, Netanyahu mengatakan bahwa serangan baru Israel di Gaza bertujuan untuk menyerang dua benteng Hamas yang tersisa. Dia menyebut serangan ini sebagai satu-satunya pilihan karena Hamas menolak meletakkan senjata.

Hamas sebelumnya telah menegaskan tidak akan meletakkan senjata kecuali negara Palestina telah didirikan.

Belum jelas kapan serangan tersebut, yang akan menjadi upaya terbaru dari serangkaian upaya militer Israel untuk mengusir militan dari Kota Gaza, akan dimulai.

Penolakan dari Militer Israel

Panglima militer Israel telah menyuarakan penolakan terhadap pendudukan seluruh Jalur Gaza dan telah memperingatkan bahwa perluasan serangan dapat membahayakan nyawa para sandera yang masih ditahan Hamas serta menyeret pasukannya ke dalam perang gerilya yang berlarut-larut dan mematikan. Di sisi lain, Netanyahu mengatakan tujuannya bukanlah untuk menduduki Gaza.

"Kami menginginkan sabuk keamanan tepat di sebelah perbatasan kami, tetapi kami tidak ingin tinggal di Gaza. Itu bukan tujuan kami," katanya, sebagaimana dilansir Reuters.

Perwakilan Eropa di Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan kelaparan sedang melanda Gaza dan rencana Israel hanya akan memperburuk keadaan.

"Memperluas operasi militer hanya akan membahayakan nyawa seluruh warga sipil di Gaza, termasuk para sandera yang tersisa, dan mengakibatkan penderitaan lebih lanjut yang tidak perlu," ujar Denmark, Prancis, Yunani, Slovenia, dan Inggris dalam sebuah pernyataan bersama.

 

"Ini adalah krisis buatan manusia, dan oleh karena itu tindakan segera diperlukan untuk menghentikan kelaparan dan meningkatkan bantuan ke Gaza," kata mereka.

Malnutrisi tersebar luas di wilayah kantong tersebut akibat apa yang dikatakan oleh badan-badan bantuan internasional sebagai rencana yang disengaja oleh Israel untuk membatasi bantuan. Israel membantah tuduhan tersebut, menyalahkan Hamas atas kelaparan di antara warga Palestina dan mengatakan bahwa banyak bantuan telah didistribusikan.

Lima orang lagi, termasuk dua anak-anak, meninggal dunia akibat malnutrisi dan kelaparan di Gaza dalam 24 jam terakhir, kata Kementerian Kesehatan Gaza, sehingga jumlah kematian akibat penyebab tersebut menjadi 217, termasuk 100 anak-anak.

Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan 23 orang lainnya telah tewas sejauh ini dalam perang tersebut akibat pengiriman bantuan melalui udara yang terpaksa dilakukan oleh negara-negara karena kesulitan mendapatkan bantuan melalui jalan darat.

Perang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan dan menewaskan 1.200 orang serta menyandera 251 orang, menurut data Israel. Pihak berwenang Israel mengatakan 20 dari 50 sandera yang tersisa di Gaza masih hidup.

Serangan Israel sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan, dan menyebabkan sebagian besar wilayah tersebut hancur.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement