Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Peringkat Paspor China Turun Tajam di Daftar Global

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 14 Agustus 2025 |12:15 WIB
Peringkat Paspor China Turun Tajam di Daftar Global
Paspor China. (Foto: Unsplash)
A
A
A

Perbedaan antara tujuan diplomasi dan persepsi publik internasional terlihat, antara lain, dalam perlakuan yang diterima sejumlah wisatawan China di luar negeri. Beberapa insiden, seperti kasus di Australia ketika seorang pria lanjut usia dikenai denda karena membawa barang yang tidak dideklarasikan, kerap menjadi sorotan dan memicu stereotip negatif terhadap pelancong asal China. Walaupun tidak mencerminkan perilaku seluruh wisatawan, situasi ini terkadang diperburuk oleh minimnya literasi aturan dan kesadaran hukum di kalangan sebagian warga.

China memiliki 1,4 miliar penduduk, namun hanya sekitar 200 juta yang memegang paspor. Banyak dari individu ini belum pernah bepergian ke luar negeri dan terus-menerus disuguhi propaganda nasionalis yang mengagungkan paspor China. Namun ketika mereka bepergian, kesenjangan antara harapan dan kenyataan sangat mencolok. Di Hong Kong, misalnya, warga negara China memerlukan izin khusus dan mendapatkan masa tinggal bebas visa yang lebih singkat dibandingkan warga Amerika, India, atau Rusia. Ironisnya, Hong Kong konon merupakan bagian dari China, namun warga negara China menghadapi lebih banyak pembatasan daripada warga negara asing.

Bahkan di dalam negeri, paspor dapat dicabut secara sewenang-wenang. Seorang jurnalis menceritakan bagaimana paspornya dibatalkan oleh otoritas setempat tepat sebelum perjalanan ke Qatar karena alasan "Terlalu banyak penipuan di luar negeri akhir-akhir ini". Kontrol paternalistik ini mencerminkan ketidakpercayaan PKC yang mendalam terhadap rakyatnya sendiri dan obsesinya terhadap pengawasan. Hasilnya adalah paspor yang tidak hanya kurang dihormati secara global tetapi juga gagal menjamin mobilitas di dalam perbatasan China sendiri.

Ketika warga negara China menghadapi masalah di luar negeri, kedutaan mereka seringkali tidak merespons. Seorang pria yang terdampar di bandara Malaysia setelah kehilangan paspornya tidak menerima bantuan meskipun telah dihubungi berulang kali. Seorang pelancong lain yang ditipu di Barus kehilangan USD40.000 yang disita oleh polisi setempat. Setelah mengirim 17 email ke kedutaan China, ia hanya menerima balasan yang samar: "Mohon bersabar." Kisah-kisah ini mengungkapkan kenyataan pahit: apa yang disebut kekuatan nasional China tidak mencakup perlindungan warga negaranya di luar negeri.

Sejumlah pengamat menilai bahwa persoalan ini berkaitan dengan prioritas kebijakan pemerintah China, yang mengalokasikan dana besar untuk bantuan luar negeri dan penguatan kemampuan pertahanan, namun dianggap belum memberikan perhatian optimal pada layanan konsuler bagi warganya. Dalam praktiknya, sebagian warga merasa perlindungan terhadap mereka di luar negeri masih terbatas. Situasi tersebut berpotensi memperkuat pandangan bahwa pelancong asal China cenderung pasif dalam menghadapi permasalahan di luar negeri.

 

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement