GAZA - Delapan warga Palestina, termasuk dua anak, meninggal akibat malnutrisi dalam 24 jam terakhir, sehingga total korban tewas mencapai 281 sejak perang Israel di Gaza dimulai hampir dua tahun lalu.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Munir al-Bursh mengatakan, bahwa 114 anak termasuk di antara para korban.
“Kelaparan ini diam-diam menggerogoti tubuh warga sipil, merampas hak hidup anak-anak, dan mengubah tenda-tenda serta rumah sakit menjadi pemandangan tragedi sehari-hari,” ujar Munir dalam media sosialnya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (24/8/2025).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menyatakan, Gaza mengalami bencana kelaparan — penetapan pertama di Timur Tengah. Para ahli memperingatkan sekitar 500.000 orang menghadapi kelaparan “katastropik”. PBB menuding Israel melakukan “penghalang sistematis” terhadap pengiriman bantuan dan menekankan bencana ini sebagai “bencana buatan manusia”.
Sistem Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) melaporkan sekitar 514.000 warga Gaza, hampir seperempat populasi, mengalami kelaparan, dengan angka diperkirakan meningkat menjadi 641.000 pada akhir September.
Berdasarkan laporan Hind Khoudary dari Al Jazeera, di Deir el-Balah, mengatakan banyak warga Palestina kini menghadapi risiko malnutrisi, dan pengumuman PBB dinilai terlambat.
Kementerian Kesehatan Gaza menegaskan, bahwa “rekayasa kelaparan” merupakan bagian dari strategi yang lebih luas, termasuk penghancuran sistematis sektor kesehatan, pembunuhan massal, dan kebijakan pemusnahan generasi.
Sejak 27 Mei, Israel memberlakukan mekanisme pengiriman bantuan melalui GHF, didukung oleh Israel dan AS. Namun, pengaturan ini ditolak PBB dan kelompok bantuan karena dianggap tidak sah dan gagal mematuhi prinsip kemanusiaan.
Sejak skema GHF diluncurkan, lebih dari 2.076 warga Palestina tewas dan lebih dari 15.300 terluka saat mencari bantuan, sementara total korban tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 telah mencapai lebih dari 62.600 orang.
(Awaludin)