“Tidak ada tempat yang aman, tetapi saya tidak bisa mengambil risiko. Jika mereka tiba-tiba memulai invasi, mereka akan menggunakan tembakan gencar,” sambungnya.
Namun, sebagian warga memilih tetap bertahan meski risiko tinggi. “Kami tidak akan pergi, biarkan mereka mengebom kami di rumah,” kata Aya, 31 tahun, yang memiliki keluarga delapan orang.
“Kami lapar, takut, dan tidak punya uang,” bebernya.
Lembaga pemantau kelaparan global menyatakan Kota Gaza dan sekitarnya secara resmi menderita kelaparan, yang kemungkinan akan meluas. Israel membantah penilaian tersebut, menyebut pihaknya telah mengambil langkah untuk meningkatkan bantuan sejak akhir Juli.