JAKARTA – Anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana, turut berduka cita atas tewasnya Rheza Sendy Pratama, mahasiswa Amikom Yogyakarta, dalam aksi unjuk rasa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia menegaskan, tidak ada alasan apa pun yang dapat membenarkan kekerasan yang dialami Rheza hingga tewas.
"Saya menyampaikan duka cita yang teramat mendalam atas gugurnya Rheza Sendy Pratama, mahasiswa Amikom Yogyakarta, dalam peristiwa unjuk rasa hari Minggu yang lalu. Saya berharap keluarga yang ditinggalkan tabah dan kuat dalam menerima cobaan ini," kata Bonnie, Senin (1/9/2025).
Sebagai manusia dan sebagai seorang ayah, Bonnie turut merasakan kepedihan kehilangan anak tercinta, sebagaimana yang dirasakan kedua orangtua Rheza.
Bonnie menegaskan, kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa dijamin oleh konstitusi. Sebab itu, mahasiswa yang berpartisipasi dalam aksi semestinya dilindungi aparat, apalagi dalam keadaan tak berdaya.
"Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa dijamin oleh konstitusi. Rheza adalah mahasiswa Indonesia yang turut dalam unjuk rasa itu seharusnya dilindungi oleh aparat, apalagi dalam keadaan tak berdaya, terjatuh dari motor saat unjuk rasa. Bukan malah dianiaya hingga tewas," papar Bonnie.
Ia juga menyinggung prinsip hukum internasional terkait perlakuan terhadap pihak yang tak berdaya. Hal ini, kata Bonnie, menegaskan bahwa aparat tidak boleh meluapkan emosi terhadap massa.
"Bahkan dalam Konvensi Jenewa yang mengatur perang pun, apabila ada musuh menyerah dan tak berdaya harus dilindungi," jelas legislator dari Dapil Banten I itu.
Bonnie menyatakan situasi demonstrasi di Yogyakarta jelas bukan medan perang. Sehingga perlindungan terhadap mahasiswa harus menjadi prioritas.
"Situasi di Yogya bukanlah perang, maka perlindungan terhadap mahasiswa harus menjadi prioritas. Aparat kepolisian dilarang meluapkan emosinya dengan cara menganiaya mahasiswa,” tegas Bonnie.
"Tidak ada alasan apa pun yang dapat membenarkan tindakan kekerasan tersebut," imbuh sejarawan itu.
Kendati demikian, Bonnie mendesak agar kasus kematian Rheza diusut tuntas dan pelaku penganiayaan harus bertanggung jawab di hadapan hukum. Ia juga menekankan pentingnya kepatuhan terhadap SOP pengendalian massa.
"Pelaku penganiayaan terhadap Rheza harus dimintai pertanggungjawabannya di hadapan hukum. Jangan ada lagi korban tewas berjatuhan. Ini berlaku untuk kedua belah pihak. Aparat kepolisian harus mematuhi SOP pengendalian massa dalam unjuk rasa," ucapnya.
Ia menyerukan agar semua pihak menahan diri dan menjaga perdamaian. Bonnie juga meminta agar penegakan hukum dilakukan secara adil agar tragedi serupa tidak terulang.
"Mari kita jaga perdamaian di negeri kita dengan mendengar apa yang rakyat dan mahasiswa suarakan. Kepada aparat penegak hukum, mari pula kita pastikan hukum ditegakkan secara adil," ungkapnya.
"Salus populi suprema lex esto. Keselamatan rakyat adalah hukum yang tertinggi. Semua harus bisa menahan diri demi persatuan dan kesatuan bangsa,” pungkas Bonnie.
Diketahui, Rheza, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom, meninggal dunia saat mengikuti aksi demonstrasi di depan Mapolda DIY, Minggu 31 Agustus 2025 pagi. Mahasiswa angkatan 2023 itu ditemukan dengan tubuh penuh luka.
Ayah almarhum Rheza, Yoyon Surono, mengatakan putranya pamit keluar rumah untuk ngopi bersama teman pada Sabtu 30 Agustus malam. Namun, pada Minggu pagi, Yoyon mendapat kabar dari tetangga yang menunjukkan KTP Rheza bahwa anaknya dirawat di RSUP Dr. Sardjito karena terkena gas air mata.
Namun, sesampainya di rumah sakit, Yoyon mendapati anaknya telah meninggal dunia. Rheza disebut diantarkan ke Sardjito oleh petugas unit kesehatan Polda DIY.
Sementara itu, melalui akun Instagram resmi Forum BEM DIY (@forumbemsediy), yang turut dibagikan ulang oleh akun resmi BEM Universitas Amikom Yogyakarta, disampaikan kronologi tewasnya Rheza.
Pihak BEM DIY menjelaskan, Rheza ikut dalam aksi demonstrasi Bergema di Yogyakarta. Ketika situasi mulai kacau, motor yang ditunggangi Rheza tiba-tiba mati saat hendak berbalik arah.
Nahas, pada saat yang sama, aparat menembakkan gas air mata, yang menyebabkan Rheza terjatuh. Seorang rekannya yang dibonceng berhasil menyelamatkan diri.
(Arief Setyadi )