Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menbud Luncurkan Buku Taksu Keris Bali, Hidupkan Filosofi Keris dalam Literasi Budaya

Agustina Wulandari , Jurnalis-Selasa, 02 September 2025 |18:27 WIB
Menbud Luncurkan Buku Taksu Keris Bali, Hidupkan Filosofi Keris dalam Literasi Budaya
Peluncuran Buku Taksu Keris Bali. (Foto: dok Kemenbud)
A
A
A

GIANYAR – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon meluncurkan buku terbarunya berjudul Taksu Keris Bali yang ditulis bersama Staf Khusus Menteri Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya Basuki Teguh Yuwono.

Bertempat di Neka Art Museum, Ubud, Gianyar. Peluncuran buku ini menjadi salah satu agenda dalam rangkaian kegiatan “Harmoni Pemajuan Kebudayaan”.

Dalam sambutannya, Fadli menekankan bahwa literasi merupakan fondasi penting dalam upaya mendorong pemajuan kebudayaan.

“Upaya mendorong pemajuan kebudayaan penting adanya literasi yang memadai. Hingga saat ini masih terbatas buku-buku mengenai budaya," ujarnya.

"Perlu didorong budaya menulis dan kajian dalam bidang seni dan budaya sehingga dapat menjadi bahan edukasi yang memadai. Terutama buku-buku yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk generasi milenial dan generasi Z,” kata Fadli.

Lebih lanjut, Fadli menjelaskan latar belakang penulisan buku Taksu Keris Bali. “Buku ini mencoba mengupas mengenai nilai-nilai di balik fisik atau kebendaan keris," tuturnya.

Ia memaparkan, makna, nilai, tuah, dan magi sebuah keris yang telah dirancang dari proses pembuatan, upacara, fungsi, hingga kehadiran keris dalam ranah upacara spiritual dibahas dalam buku ini. "Semoga buku ini dapat memberikan informasi lebih mendalam mengenai arti penting keris dalam perspektif intangible-nya,” ujarnya.

Buku Taksu Keris Bali hadir sebagai upaya memperkaya literasi budaya Indonesia. Tidak hanya mendeskripsikan keris sebagai benda pusaka, karya ini menggali makna keris sebagai manifestasi nilai, keyakinan, dan kekuatan spiritual dalam kehidupan masyarakat Bali.

Di dalamnya dibahas perjalanan keris mulai dari proses penciptaan, filosofi bentuk, tuah, hingga perannya dalam ritual dan kehidupan spiritual masyarakat.

Dalam sambutannya, Fadli Zon menegaskan bahwa literasi budaya merupakan salah satu pilar penting dalam strategi pemajuan kebudayaan.

“Melalui penulisan buku ini, kami ingin mengajak generasi muda untuk memahami bahwa keris tidak hanya warisan leluhur, tetapi juga sumber nilai yang terus hidup dan relevan. Budaya harus berjalan terus, karena budaya adalah kekuatan pemersatu bangsa,” ucapnya.

Fadli juga menyoroti pentingnya keris Bali dalam diplomasi budaya Indonesia. “Keris Bali memiliki nilai artistik dan filosofis yang luar biasa. Sebagai warisan budaya takbenda yang diakui UNESCO, keris menjadi bukan hanya karya seni, tetapi juga simbol persahabatan dan penghormatan. Presiden Prabowo Subianto pun kerap menghadiahkan keris Bali kepada pemimpin dunia,” katanya.

Peluncuran Taksu Keris Bali juga bertepatan dengan langkah strategis penguatan kelembagaan perkerisan. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), Fadli melantik Koordinator Wilayah SNKI Provinsi Bali, sebagai bagian dari upaya memperkuat jaringan organisasi yang saat ini telah menaungi lebih dari 220 paguyuban keris di seluruh Indonesia.

Selain itu, diselenggarakan pula Uji Kompetensi Bidang Keris oleh LSP Perkerisan dengan peserta dari kalangan pelaku budaya keris di Bali. Uji kompetensi ini merupakan langkah strategis dalam mendorong standardisasi profesi di bidang perkerisan.

Fokusnya bukan hanya pada pelestarian produk keris, tetapi juga pada penyiapan sumber daya manusia yang unggul dan terstandarisasi. Ekosistem budaya keris sendiri sangat luas, mencakup tidak kurang dari 29 profesi, mulai dari penciptaan keris, konservator keris, hingga kurator keris. Seluruh bidang ini dipandang penting untuk distandardisasi agar keberlanjutan dan mutu ekosistem perkerisan tetap terjaga.

Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh budaya, akademisi, budayawan, penglingsir puri, hingga perwakilan komunitas masyarakat adat. Kehadiran mereka menegaskan bahwa pelestarian warisan budaya seperti keris merupakan gerakan kolektif yang membutuhkan partisipasi banyak pihak.

Beberapa tokoh dan pejabat yang hadir, di antaranya para penglingsir puri di Bali; Ketua DPRD Provinsi Bali, Dewa Made Mahayadnya; Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supatma Rudana; Direktur Neka Art Museum, Pande Made Kardi Suteja; Kurator Pameran Seni Rupa Keris, Mikke Susanto; serta Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan.

Hadir pula Sekretaris Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Wawan Yogaswara; Direktur Bina Kepercayaan dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi; Direktur Warisan Budaya, I Made Dharma Suteja; Direktur Eksekutif Museum dan Cagar Budaya, Indira Esti Nurjadin; dan Keluarga besar SNKI Korwil Bali.

Melalui buku Taksu Keris Bali, Kementerian Kebudayaan meneguhkan komitmen menghadirkan literatur kebudayaan yang dapat menjangkau lintas generasi, sekaligus memperkuat peran keris Bali sebagai ikon budaya dunia yang menyimpan nilai, filosofi, dan spiritualitas mendalam.

(Agustina Wulandari )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement