“Melalui budaya, anak muda dapat menjembatani perbedaan. Budaya adalah penawar paling kuat terhadap perpecahan. Setiap lagu, setiap tarian, setiap festival di tengah krisis, adalah cara damai kami untuk mengatakan kepada dunia: kami ada di sini, dan kami akan terus ada,” ucapnya.
Dirinya menambahkan, memahami budaya lain berarti menghapus prasangka.
“Ada hukum sederhana: ketika kita kurang memahami sesuatu, kita cenderung membencinya. Karena itu, kita perlu mengajarkan kaum muda tentang perbedaan dan pertukaran budaya agar mereka bisa merangkul keberagaman,” katanya.
Menutup pidatonya, Jana berpesan agar kaum muda memiliki peran dalam budaya, salah satunya yaitu menjaga budaya sebagai bahasa masa depan yang patut dibagikan kepada semua orang.
Melalui sesi Keynote Address ini, Kementerian Kebudayaan RI menegaskan bahwa budaya tidak hanya menjadi warisan, tetapi juga alat strategis untuk membangun perdamaian, martabat, dan kemakmuran bersama. Hal ini turut menegaskan bahwa generasi muda memiliki peran strategis dalam menjaga dan melestarikan budaya sebagai alat perdamaian dunia.