Lebih jauh, Kazembe menegaskan bahwa budaya harus ditempatkan di pusat pembangunan, bukan di pinggiran. Dia mencontohkan bagaimana tradisi agraris, seni, musik, hingga mode, mampu menjadi kekuatan ekonomi global.
“Kita harus memindahkan budaya dari pinggiran pemerintahan ke pusat perencanaan strategis. Kita harus berinvestasi dalam pendidikan budaya dan menjadikannya identitas yang memberi kepercayaan diri generasi muda untuk tampil di panggung dunia,” ujarnya.
Dalam semangat yang sama, Jana Abusalha asal Palestina yang hadir mewakili suara generasi muda dunia dalam sesi keynote address dengan tema “The Role of Youth in Fostering Peace Through Culture”, turut menegaskan bahwa peran pemuda dalam membangun perdamaian melalui budaya tidak bisa ditunda.
“Terlalu sering kita mendengar bahwa kaum muda adalah pemimpin masa depan. Tetapi sebenarnya, kaum muda adalah pemimpin hari ini. Mereka adalah arsitek masa depan,” tuturnya.
Menurut Jana, budaya adalah bahasa masa depan yang akan terus dibagikan lintas generasi dan bangsa.