Aktivitas perjudian dan penipuan mereka telah menghasilkan lebih dari 10 miliar yuan (sekira Rp23 triliun), menurut pengadilan, sebagaimana dilansir BBC.
Sebelumnya, pihak lain memperkirakan bahwa kasino dari masing-masing keempat keluarga tersebut memproses beberapa miliar dolar setiap tahun.
Pengadilan juga menemukan bahwa keluarga Ming dan kelompok kriminal lainnya bertanggung jawab atas kematian beberapa pekerja pusat penipuan, termasuk penembakan terhadap para pekerja dalam satu insiden untuk mencegah mereka kembali ke China.
Awalnya dikembangkan untuk memanfaatkan permintaan perjudian dari China, yang ilegal di China dan banyak negara tetangga lainnya, kasino-kasino Laukkai berkembang menjadi kedok yang menguntungkan bagi pencucian uang, perdagangan manusia, dan puluhan pusat penipuan.
Kasino-kasino ini dianggap sebagai mesin dari apa yang disebut PBB sebagai "scamdemic", yang telah menyebabkan lebih dari 100.000 warga negara asing, banyak di antaranya warga China, dipancing ke pusat-pusat penipuan di mana mereka secara efektif dipenjara dan dipaksa bekerja berjam-jam, menjalankan operasi penipuan daring yang canggih yang menyasar korban di seluruh dunia.
Keluarga Ming pernah menjadi salah satu yang paling berkuasa di Negara Bagian Shan, Myanmar, dan menjalankan pusat-pusat penipuan di Laukkai yang menampung setidaknya 10.000 pekerja. Yang paling terkenal adalah kompleks yang dikenal sebagai Crouching Tiger Villa, tempat para pekerja secara rutin dipukuli dan disiksa.