Seorang saksi mata melihat tiga orang terluka setelah tembakan dilepaskan di sepanjang jalan menuju barak CAPSAT pada hari Minggu. Namun, tidak ada tanda-tanda bentrokan yang sedang berlangsung.
Dalam sebuah pernyataan di akun media sosialnya, kantor Rajoelina mengatakan "upaya perebutan kekuasaan secara ilegal dan paksa" sedang berlangsung. Pihaknya menambahkan, presiden telah mendesak "dialog untuk menyelesaikan krisis".
Kantor Rajoelina mengatakan pada Sabtu (11/10/2025) malam, ia dan perdana menteri "sepenuhnya mengendalikan urusan negara".
Namun, keberadaan presiden tidak diketahui pada hari Minggu, dengan banyak warga Malagasi yakin ia telah meninggalkan negara itu.
Protes, yang terinspirasi oleh gerakan yang dipimpin Generasi Z di Kenya dan Nepal, dimulai karena kekurangan air dan listrik. Protes tersebut kemudian meluas, dengan para demonstran menuntut Rajoelina untuk mundur, meminta maaf atas kekerasan terhadap para demonstran, dan membubarkan Senat serta komisi pemilihan umum.