JERUSALEM – Hamas menyerahkan jasad sandera yang meninggal kepada Israel. Langkah ini menjadi tanda adanya kemajuan setelah serangkaian kemunduran yang terjadi sehari setelah Presiden AS Donald Trump menggembar-gemborkan rencananya untuk mengakhiri perang Gaza.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (15/10/2025), jasad-jasad tersebut dikembalikan setelah Israel mengumumkan akan memotong separuh jumlah truk bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza.
Pemotongan itu merupakan tindakan hukuman terhadap Hamas atas apa yang disebut Israel sebagai pelanggaran kelompok Hamas. Sebelumnya, Hamas dan Israel telah membuat perjanjian penyerahan jasad di bawah kesepakatan gencatan senjata.
Sementara itu, para pejuang Hamas kembali menunjukkan kontrol di Gaza dengan mengerahkan ratusan pasukan keamanan di jalan-jalan. Hamas juga mengeksekusi beberapa orang yang mereka tuduh berkolaborasi dengan Israel.
Sedangkan, prospek rencana perdamaian Trump semakin suram setelah ia mengancam Hamas dengan serangan militer kecuali kelompok militan itu melucuti senjatanya.
"Jika mereka tidak melucuti senjata, kami akan melucuti mereka. Dan itu akan terjadi dengan cepat dan mungkin dengan kekerasan," kata Trump di Gedung Putih.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa perang tidak dapat berakhir sampai Hamas menyerahkan senjatanya dan melepaskan kendali atas Gaza. Sebaliknya, tuntutan tersebut ditolak oleh para pejuang Hamas.
Pada hari Senin, 13 Oktober 2025, Hamas menyerahkan 20 sandera Israel yang masih hidup. Hampir 2.000 tahanan Palestina diserahkan kepada Palestina.
Namun, pengembalian 28 jasad sandera yang telah meninggal tetap menjadi salah satu detail terakhir yang harus diselesaikan dalam kesepakatan untuk mengakhiri perang. Hamas telah menyerahkan delapan peti mati berisi jasad sandera, menyisakan setidaknya 19 jasad yang diduga meninggal dan satu orang yang masih belum ditemukan di Jalur Gaza.
(Fetra Hariandja)